Oleh: Matroni el-Moezany* Menjelang pesta demokrasi nanti, banyak iklan-iklan yang di pajang di gambar Capres, Cawapres, dan calon-calon DPR, DPRD, dan lain-lain sudah banyak menghiasi mata kita, di sepanjang jalan, itulah teks politik Indonesia, dan setiap teks mau tidak mau masyarakat kita harus membaca teks itu sendiri. Persoalan kemudian adalah tidak semua masyarakat Indonesia bisa “baca” sementara iklan parpol merupakan simbol politik untuk di tawarkan kepada masyarakat. Kiranya kita harus kembali pada sesuatu yang sempurna, dimana warna-warna keindahan dan keharmonisan menjadi semerbak para partai yang selalu menebar di seluruh pelosok desa dan bangsa yang tujuannya untuk perdamaian semua. Ketika partai-partai kita bertebaran kita selalu menemukan janji-janji, kesejahteraan rakyat, teriakan perubahan yang selalu menjadi masyarakat kita “buta” akan simbol-simbol dan teks politik tersebut. Setiap saat teks-teks politik selalu terlihat mata, di televisi, surat kabar, teks politik...