Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Puasa dan Puisi

Oleh Matroni Musèrang* Kita berpuisi tujuannya untuk apa? Apakah kita mau menjadi orang yang ahli puisi atau orang yang paham tentang puisi?. Kalau kita mau menjadi pengarang puisi berarti kita harus mampu menciptakan ide sendiri, pemahaman sendiri, memikirkan sendiri, refleksi sendiri, berkreasi sendiri, bernalar sendiri, memproduksi ide sendiri itu ahli puisi. tapi kalau kita mau menjadi ahli puisi, berarti kita harus belajar apa itu puisi, siapa tokohya, tokoh A pikirannya apa, tokoh B pikirannnya bagaimana, ini penyair islam atai penyair barat? Kalau barat pikirannya gimana dan seterusnya. Yang paling bagus adalah gabungan dari dua-duannya. Kita ahli puisi juga penyair, itu dahsyat. Kalau tidak bisa minimal menjadi penulis puisi. mengapa banyak orang mengatakan setiap kita adalah penyair. Tapi kita tidak harus ahli puisi. Oleh karenanya itu kita harus mampu membedakan puisi sebagai medogologi berpikir, dengan puisi sebagai produk imajinasi atau produk pemikiran. Sama ha

Puasa dan Kedamaian Sosial

Oleh: Matroni Musèrang* Puasa dasar utamanya adalah “keimanan” (baca;al-Qur’an), bukan “kemampuan” artinya kalau pun ada warung buka, menjual bakso, menjual nasi bukan alasan kita untuk “mengutuk” si penjual, apalagi sampai membongkar dan membakar. Ketika keimanan yang menjadi fondasi seseorang berpuasa, maka untuk menghormati bulan puasa semua manusia diperintah menghormati sesama manusia (yang berpuasa atau yang tidak puasa). Dengan tidak mengganggu sesama manusia sebagaimana Nabi Muhammad SAW juga sangat menghormati semua manusia baik yang beragama Islam maupun non-Islam, maka puasa kita benar-benar berjalan di atas fondasi keimaman. Bagaimana mungkin yang berpuasa bisa menganggu sesama, sebab dengan berpuasa kita menghormati puasa itu sendiri. Dengan menghormati bulan puasa, apakah pantas atau etis kita menganggu orang lain? Tentu tidak, sebab bulan puasa merupakan bulan bagi orang-orang yang beriman untuk benar-benar membersihkan kotoran-kotoran yang melekat di pikiran