Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Kabar Buruk yang Tak Buruk

Oleh: Matroni Musèrang* Membaca antologi puisi “Menunggu Kabar Buruk” karya penyair senior Sumenep ini menimbulkan pertanyaan yang benar-benar menggelisahkan, kenapa? ketika saya disuguhkan beragam kegelisahan penyair dalam buku ini kepala saya seolah-olah pecah menjadi banyak karena puisi-puisi yang ada banyak ide yang digelisahkan dan ingin di sampaikan. Namun sebagai pembaca saya akan mencoba masuk pelan-pelan sambil mencari sesuatu yang dapat saya temukan di sana. Semoga apa yang saya temukan tidak menyimpang dari yang saya lihat. Namun saya senang dan bahagia membaca antologi puisi ini, judulnya menunggu kabar buruk, setelah saya telusuri “tidak” saya temukan keburukan itu, hanya saja keburukan dipengantar yang K. Faizi tuliskan. Saya akan masuk dari pintu yang berbeda untuk membaca Menunggu Kabar Buruk ini, ini dimaksudkan agar keberagaman paradigma itu ada. Memilih diksi puisi bukanlah perkara gampang dalam puisi. Diksi membutuhkan renungan-renungan yang intens, sehingg

Talken Koneng: Mantra Pengusir Kematian

Oleh: Matroni Musèrang* Telah aku menggambar tubuhmu Dengan lebam daun pisang Dengan pintalan kain kafan Lalu aku ikatkan tiga tali pemenggal Kematian Di atas ubun-ubunmu Juga aku pasangkan Dua puluh tujuh pisau penyayat urat Urat Tujuh belas jarum penusuk sukma Tujuh paku-paku Pemaku jantungmu Puisi seringkali masih hidup di ruang-ruang sempit. Di ruang para pemain teater, di ruang para penyair, di ruang para seniman, di ruang budayawan dan di ruang para filsuf. Puisi belum mampu menembus ruang para petani dan ruang para tuan tanah. Namun antologi puisi “Talken Koneng” karya alfaizin sanasren ternyata berbeda, Talken Koneng bisa dirasakan oleh siapa pun bahkan setelah bedah buku di Giligenting, ke esokan harinya tiba-tiba ada orang datang ke rumah alfaizin untuk meminta air karena tetangganya ada yang sakit.    Penggalan puisi di atas diambil dari judul “ talken koneng ” sebagai pintu awal untuk memasuki ruang talken selanjutnya. Talken yang benar-ben

Ngopi Sastra dan Semangat Kesusastraan

Oleh: Matroni Musèrang* Sastra selalu menarik untuk di baca dan di raba. Sastra seperti ayat-ayat Tuhan yang tidak habis untuk di baca dan di tulis. Sastra adalah sabda yang tidak akan pernah selesai ditafsirkan. Oleh karenanya sampai deti ini dan detik kapan pun ia terus dicari dan dicintai, itulah mengapa ngopi sastra tiba-tiba lahir.   Munculnya Ngopi sastra berangkat dari obrolan saya dengan Sofyan RH Zaid vie WA, yang inti obrolan itu hanya satu yaitu bertemu. Saya yang sudah lama di balut rindu sama Sofyan RH Zaid karena dia tinggal di Bekasi, maka malam itu saya lupa malam apa dan tanggal berapa? Sehingga Sofyan RH Zaid memutuskan untuk bertemu di Taman Bunga Sumenep, namun biar pertemuan ini berkesan akhirnya muncul ngopi sastra di obrolan itu dan disepakati untuk bertemu di tanggal 18 jam 18 tahun 2017 dengan tema “sastra dan Sekitarnya”. Maka dibuatkanlah pamflet ngopi sastra yang di moderatori saya dan Sofyan RH Zaid sebagai pemantiknya. Sofyan memulainya dengan sat