Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Seniman Organik: Sebuah Upaya Penyadaran

Oleh: Matroni Musèrang* “Orang yang tidak mampu menikmati merdunya suara dan indahnya notasi musik, maka adanya sama dengan tidak ada, sekali pun hidup, ia mati adanya”. Rangkaian kata yang dilantunkan oleh Syaikh Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Hikmah fi Makhuqatillah sebagai pembuka tulisan saya yang ingin menanggapi tulisan Syah A. Lathif di Jawa Pos Radar Madura pada hari Minggu 2 September 2018 “dari ladang jagung; mencari Praktik seni Penyadaran” membuat pikiran gelisah dan risau akan eksistensi seni yang “ada” di tanah Sumenep. Mengingat seni sebuah keahlian membuat karya berkualitas dan keahlian yang luar biasa. Dalam konteks ini tentu kita membutuhkan keseriusan untuk terus dan selalu belajar dan menerjemahkan seni di ranah realitas seperti yang ditulis oleh Syah A. Lathief (selanjutnya Lathief) bukan mudah kita membuat pertunjukan yang mampu menghipnotis banyak orang dan mampu menghidupkan desa yang sepi seperti di desa Nyapar. Seni dan budaya sebagai hak dan keka

Omerta: Soneta Di Antara Kampung Dan Kota

SAYA sedang dalam perjalanan jauh melewati jalan Pajagungan menuju pemakaman Joko Tole di DesaLanjuk, Kecamatan Manding, Sumenep. Di perjalanan berhenti di tengah hutan ada sebuah warung yang cagaknya terbuat dari bambu, dan beratap daun kelapa yang sudah kering. Di sini saya membeli makanan yang diolah dari berbagai macam rempah seperti kacangtanah, kecambah, petis, garam, cabai rawit, cuka, udara, yang dihaluskan kemudian campuran bawang daun goreng, bihun, dan ketupat.  Kesimpulannya, saya sedang membeli rujak yang menurut saya pasti enak, karena campurannya sudah betul. Tapi ternyata selelah saya makan, tidak seperti apa yang saya pikir kan. Meski saya kenyang. Nah, saya membaca kitab soneta Selendang Sulaiman itu seperti saya beli rujak tadi. Selendang seba gai penjual rujak, dia paham betul apa saja bahan-bahan yang harus dipersiapkan agar rujak yang dia racik nikmat dan membuat orang ketagihan untuk membeli. Namun Selendang tidak memperhatikan bahwa untuk menjual rujak ses