Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2011

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

Panggilan Sia-Sia Jika korupsi seringkali terjadi, maka aku berharap bangsa hancur sampai koruptor berteriak, meminta tolong, aku tidak akan menolong, biarkan koruptor mati berkalang tahi. Biarkan dia, mencari sisa nyawanya sendiri, biarkan mencari tempat sendiri, biarkan dia pergi ke luar negeri, mencari ketenangan, aku tetap tak akan menolong. Aku ingin koruptor menjadi penjual tahi, yang menghabiskan uang pergi ke luar negeri, dan hari-harinya berisi tahi, sambil berteriak meminta membersihkan, aku tetap tidak akan menolong, biarkan saja mereka makan tahinya sendiri. Ia bekerja sewenang-wenang, mengotori rumahnya dengan tahi, menjemur bajunya di bawah tangisan rakyatnya, kehujanan tak ada yang menolong warganya, aku akan menolong warganya, biarkan koruptor mati kehujanan. Aku ingin koruptor menjadi anjing, yang di pelihara oleh rakyatnya, jika malam harus tidur, di mandiin, bakar jika mau, dibiarkan kelaparan jika mau. Aku ingin koruptor seperti anjing kelaparan. Aku ingin k

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

Cerita Dari Cakrawala Cakrawala, kau menyimpan ukuran tak terbatas dan mataku yang kau genangi, dengan sabar aku menunggu satu-satu aku baca, kutata helai kertas yang setia menyimpan ukuran-ukuran, dulu seorang penyair perempuan pernah menyulamnkkan kisah yang tak berakhir sampai sekarang, selembar kertas itu sudah terlalu ada dengan sendu yang tak sampai kemana-mana Di bukunya, buku kecil di hulu kasurnya, ia jemput cakrawala, malu-malu, kau pegang, ia tuliskan di sehelai kertas sebagai mata yang senantiasa menorehkan cerita cinta Kau bahkan tak mengerti menyuguhkan cerita apa, tapi hatimu selalu resah dengan kata-kata Jogja, 2011 Hikayat Lembaran Merapi Lembaran hari sebentar lagi akan sempurna, pohon-pohon di tanam, hijau indah tanpa laksana, hanya langit mengepungnya, pada cela kali berbatu ngilu, rerantingnya tertangkap hujan beku, pohon alpokat menghijau menagih rindu, di rerantingnya tertulis ribuan anak daun, dari akar gerimis bertaburan Sebelum tarian daun jatu

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

Belaian Tahajjud Malam Belaian malam menggigil Mengusap tubuhmu Mengusap wajahku Di sajadah panjang kedamaian Sikap malam begitu sunyi Memanggilku untuk pergi ke cakrawala Melihat pesta bintang Dengan beribu cahaya Dan senyum manis yang menggetarkan Aku suka mereka, dia dan aku Sepasang waktu Kuajak ia pergi Mengisi tahajjud malam Membelam kelam malam Untuk menutupi pintu semesta Yang kian hari tambah lebar Dengan hidup kurang ajar Padahal aku masih belajar mencintaimu 4 Januari 2011 Kelam Membelam Semoga kata yang kulahirkan ini wahyu Untuk sepasang hari bersama waktu Kulalui bersama kelam belam Langit kelam membelam Sementara kata belum selesai aku rangkai Dalam semalam aku hanya mampu mengecup dingin Menebar wangi lewat lampu 2010-2011 Nasehat Malam Engkau tinggal separuh perjalanan Sepantasnya ruang dirimu menjadi rumah kesejukan Membuat generasi lebih indah Menanam modal kebermaknaan Mengisi waktu kehampaan dengan cahaya Separuhmu ja

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

di Muat di Kompas.com ASONGAN Selalu yang di bawa, itu-itu saja, Selalu yang itu-itu saja, rela Selalu yang rela, bimbang bahkan terpaksa Perkenankan aku menjadi dirimu Bagaimana hidup nyaman Seperti dia yang terkaya Pergi malam pulang pagi Lalu datang kembali Seperti hanya ingin menjualnya Menolak sepah dingin Sebelum lapar mendera Tak perlu orang merasa Menyusuri malam Sepanjang palataran Malioboro Mewarnai ramai pasar dan rimbun jajan Sepanjang engkau bebas dari negara Dengan seluruh daya, Mempertahankan adamu Jejak demi jejak yang berlagak, tak henti-hentinya menemukan jalan Begitulah setelah waktu ajak, kota yang dulu hijau Menjaga dirimu dari asap bangunan Terpaksa menyimpan luka Dalam cela debur ramai orang-orang Titik itu, pengasong tak tega menuliskan, yang mesti aku harus terperosok Jika aku putra bangsawan Atau setidaknya pernah korupsi dengan aman Yang melingkari hukum-hukum palsu sepanjang musim Dia hanya diam, berkarya tak di dengar

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

Aku Lapar aku, makan aku, minum aku, tidur aku, lelap aku, bangun aku, mandi aku, Belajar aku, kerja aku, waktu aku, usia aku, mati aku, engkau aku, kami aku, Aku aku, padahal satu aku? Jogja 2011 Perihal Saat-Saat Itu Bukit-bukit pasir Langit menurunkan hujan, kabar dan apa saja Untuk kutumpangi sebagai wujud dari imanku, aku tak mengerti Bagaimana iman ada di aku? Setelah aku bertemu dengan iman, aku bertanya “Mengapa engkau mendiami manusiaku?” Aku juga tak tahu apa-apa, jawab iman sambil mengangkat wajahnya ke cakrawala Lalu, Siapakah kamu yang rela menjelaskan adanya iman di tubuhku? Lalu iman mengajakku pada waktu “mengapa aku bisa mendiami manusia?” Tanya iman sedih, karena tak bisa menjawab tanyaku Aku memang ada saat aku ada, tapi aku tak paham, jawab waktu, iman dan waktu diam memunguti daun-daun jatuh Keterdiaman menemukan ide yang sama Kita ke langit, ajak waktu Di langit mereka tak menemukan jawaban juga Langit pun sedih, naiklah aku, iman, wa

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany* Aku Yang Terlupakan Menjerit tak terbahasakan Menangis tak berairmata Terluka tak berdarah Sesungai dan dedaunan, kusemaikan sebagai pena dan tinta Melukiskan wajahmu yang penuh mimpi Di lekuk jalan bisu, kutarik nafas panjang, terbentang jalan kutempuh. Padahal maling-maling pun berdandan, Kusempatkan pesan pada ombak angin yang lihai mengutarakan kata Menepis luka di tepi bara. Padahal, aku tak mampu meniadakan lautan di tubuhmu. Berenang di matamu, tidur di jiwamu. Kugapai cakrawala kecil Mengusik sunyi malam, di tepian luka Yang diberikan pada bahasa. Padahal, tiada tahu, apa pesan di balik semua kehidupan? Gemuruh pagi, mengisi sepi waktu. Sementara tangan-tangan masih berat Memberikan kepastian untuk kesunyian yang tak pernah basih Mengulas ketidakadilan waktu Kurias ruang waktu Beragam warna di dinding Kucoba menepi, melihatmu lebih dekat Mencari terpaan makna yang tak puas di tengah kehidupan Walau berenang di laut tun

Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany

* Rumah Rahasia Aku suka gerakmu Aku suka senyummu Di wajahmu ada dua jerawat Di dagu bagian kiri Satunya persis di ujung hidung Langit bertanya pada bulan Seberapa indah jerawatmu Senyummu tak membuat layu Akan keramat jiwa bergerak Mengikuti lekukan bibirmu Aku suka kau pakai celana ketat Kulihat garis-garis rahasia Di balik bokong seksi Seakan tersirat pesan Tuhan Untuk dinikmati menjadi kata-kata Sinar bulan menyiratkan garis Yang tercetak celana Entah bagaimana ketika harus bersentuhan Apakah garis-garis itu masih ada Atau hanya simbol eksistensial Yang tak bisa aku raba dengan imaji Kurangkai segala cara Kuteliti segala bahasa Untuk mengungkap rumah rahasia Yang tercetak celana-celana bangsa 2010-2011 Aku Suka Senyummu Ketika sampai di jalanan malam Kerampungkan segala aktivitas walau tak tuntas Malam yang menyetubuhiku Membuat nafsu semakin tinggi Semakin klimaks dan semakin mamanas Aku suka senyummu Sembilan gigi putih berjajar