Oleh: Matroni Muserang ______________________ Indonesia pada umumnya dan Yogyakarta khususnya, akhir-akhir ini, bukanlah tempat yang adem, nyaman untuk membaca WS. Rendra, Pramodya Ananta Toer, Chairil Anwar, Wiji Tukul, Sitor Situmorang, Umbu Landu Paranggi, Umar Kayam, Romo Mangun dan Kuntowojoyo. Meskipun kepenyairannya cukup dikenal dan beberapa sajaknya menjadi wacana dan didiskusikan di kampus-kampus dan komunitas-komunitas, namun terasa jauh jarak antara diskusi dan aksi, keterkenalan mereka dalam berproses, menciptakan sejarah sastra Indonesia dan apa yang sudah dan mungkin bisa kita kembangkan darinya Yogyakarta secara khusus dan Indonesia secara umum. Kita boleh mencela, mengkritik, bahkan membenci sajak-sajak mereka (WS. Rendra, Pramodya Ananta Toer, Chairil Anwar, Wiji Tukul, Umbu Landu Paranggi, Umar Kayam, Romo Mangun dan Kuntowojoyo). Tapi r...