Sajak-SAjak: Matroni el-Moezany


Kerudung Terpanjang
            Untuk orang yang mengaku suci dan benar

Kehidupan merayap dalam kerudung-kerudung panjang
Memanggul bom dan menenteng jenggot
Gelombang kehidupan bergemuruh di pojok-pojok serakan
Rumah-rumah hancur dan renta tak berpenghuni
Menguburkan agama dan merapukan eksistensi
Langit tanpa warna menawarkan kejernihan
Memberikan kabar keabadian derita

Ayat-ayat Tuhan terlempar tanpa makna kemanusiaan
Jari-jari menyampaikan pesan sia-sia
Tak terbaca dalam kumpulan sejarah

Dan ayat suci menerima detak waktu yang mati
Dan luka terus menganga, akibat tangan-tangan bodoh

Irama damai, tak kuasa berteriak, suara habis, tenggorokannya serak
Sebagai manusia yang gagal, aku biarkan rumah hancur, dan melahirkan kesia-sian….

2011.

Kerudung Ketuhanan

Kau tutup mukamu dengan kerudung panjang tak bertepi
Kau bilang itu perintah Tuhan, apa benar seperti itu?
Bukankah itu ketidakadilan?
Engkau melihat leluasa, sementara kita separuh, dasar!
Apakah benar wanita surga seperti itu?

Engkau ledakan tatapan manusia
Hanya untuk kebenaran pribadi
Kebenaran sia-sia

Kau menenteng dosa sendirian
Menutup pintu cahaya menemui malam
Sementara kesendirian dengan dosa panjang di wajahmu
Terus engkau gelisahkan pada manusia

2011

Ibu Sembarang Waktu

Perempuan itu berkata, mencari lahan sendiri
Mana yang lebih utama dari meledakkan bom untuk bangsa
Bom yang tak memiliki makna bagi Tuhan dan manusia

Di sembarang tempat engkau sia-sia, tapi
Tidak untuk ibu sendiri
Yang selalu bermakna untuk semesta

Ibu sembarang waktu menerjemajkan dosanya sendiri
Karena tak paham makna tuhan sebenarnya
Sehingga perempuan itu memilih sendiri
Pemahaman yang kurang benar

Membangun surga di tengah airmata
Menciptakan dosa sepanjang abad bagi manusia

2011

Anggapan

Engkau anggap dirimu benar pada tuhan
Padahal manusia banyak ragam dalam diri dan kediriannya

Aku selalu ragu mereka yang mengaku benar,
Karena tak ada kebenaran di dunia ini
Selain hanya dan Cuma perjalanan proses untuk sampai

Aku boleh beranggapan apa saja
Tak penting berdebat lagi,
Ruang ini kosong, kau ciptakan kantuk yang masih panjang
Padahal tak semudah itu engkau berikan kebenaran

Waktu mungkin terlalu cepat bagi siapa saja yang lena
Padahal hujanan masa di teras senja terus berkelana
Lalu….

Anggapan macam apakah itu

2011




Pagi Sembarang Pagi

Jangan sampaikan pagi ini
Sebagai kabar terburukmu
Teh hangat telah kau seduh
Dengan damai

Selagi namamu tergores di kertas putih
Engkau selalu menganggu waktu
Kubuang bersama angin ke barat dan ke timur

Hujan rindu tak kusadari
Menelusup di ruang diri
Kuajak ia ke rumahnya
Menemui tangisan mata di bilik jendela kata

Kuluangkan detik untuk menemui di tepi waktu

Kuambil janji-janjimu
Kubawa ke langit
Kuhaturkan pada semesta bahwa
Engkau hanya cuma punya janji

Walau kau simpan rapat janjimu
Akan kucuri dari balik jendela
Agar rakyat mengerti
“Engkau maha pembohong”

12-22. 2011



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura