Pesan

hanya hidup
kau tahu bulan-matahari
yang lain hanya bentuk
dari penantian

tetap kucari
makna kehidupan
walau di matamu
tak terlihat keindahan

Jogja, 2008

Cium

cium membuat bibir basah
adalah puisi
puisi yang tak tersentuh
oleh kegersangan jiwa

Jogja, 2008


Kutumbuh Dari Puisimu

kutumbuh dari puisimu
kataku merumpun
menjalar seperti jembatan
menjulang memanjang di depanmu

Yogyakarta, 2008


Perjalanan Senja

adik mau kemana?
main-main;
jangan, di sana banyak orang kelaparan
lalu?
jualan nasi
ambil uang di saku
di saku siapa?
kakak tak punya uang
di saku hewan berakal itu
dimana?
di senyum gelap siang hari, tapi
mereka tak menyaut
saat aku sapa
dengan arimata dan kelaparan
terus!!!
adik diam saja
ya!!!
lalu,
bagaimana agar mereka dengar
dan tahu kalau kita lapar
atau kekurangan

aku tidak tahu kak;
kakak juga tidak tahu dik;

tapi mengapa
adik senyum saat lapar?
daripada aku mengeluarkan airmata
yang tak bermakna bagi mereka!

aku senyum
karena masih hidup
dan kenyang hanya dengan air mentah

sungguh tak asli negeri kita ya, kak?
ya, memang tak ada yang asli
semuanya hanya niru, niru dan niru

Yogyakarta, 05-06-07-08

Panyair Pertama di Ladang Kata-Kata

baru kuteteskan dari puisimu
daripada berjuta kata yang hampa
yang membuat aku lupa dari bumi
semesta ini tak berkata
semesta ini luka
semesta ini aku
tapi telah dulu terluka
sementara aku
tak mungkin kembali lagi
padaku

Yogyakarta, 2008

Semesta Rahasia

kau menangkap waktuku
di sisa embun dari bingkai rahasia
kusulam di derai semesta batu
yang terjerat duri rokem
di simpang detak rasa

ciuman yang tersisa padaku
terbuai dalam waktuwaktu
bernyanyi seperti kupu-kupu

sebenarnya kuingin lari dari semesta ini
tapi kutak berdaya keluar dari ruangmu
yang terisi kata, rahasia, dan katakata
tapi kehidupanku terpanggang oleh darah
jiwa hangus, semesta suram dan segala

dapipada tiada rasa
yang mengenang dalamdalam
lebih baik kusulam semua semesta rahasia ini
menjadi lebih rahasia lagi
dari rahasia-rahasia yang lain

Yogyakarta, 2008

Yang Lebih Dari KataKataku

adalah huruf

satu kata yang menjadi puisi
adalah sejuta bahasa telah terlewati
dan seratus nyawa telah mengitarinya

Yogyakarta, 2008

Surat Buat Petani di Madura

sehabis azan kau jejakkan kaki
di perut bumi yang berkeringat
menapaki sesuatu yang jauh
dengan raga kau guyurkan segala rasa
untuk mencapai klimaks inginmu
yang ada di cakrawala

kau mencari ada

kau percaya bahwa klimaksmu itu ada di sana
di tepi tanah dan tubuh semesta

Sumenep,09, 06, 2008

Malam Yang Tersobek

malam yang kuharap datang
menjadi puisiku
mengisi kanvas putih
dan tersobek seperti bintang
yang tertebar

begitulah gambaran malam
yang kian jauh dari batangnya
melukis sendiri dalam jiwa
menangis sendiri
hingga luka tak terlihat
di ruang mata yang melihat

Banjar Barat, 04 Juni 2008
Buah Angan

kubuka jendela
terlihat waktu mutlak berteriak
memanggil semerbak ramai
di depan puisi bisu

ada yang kusut masai
ada yang kelaparan
menjerit membaca kata
hingga terbaca seperti rasa

Banjar Barat, 2008

Keringat Jiwa

kita harus berkeringat jiwa
untuk menanam pohon kebadian
di atas sawah yang kita beli dengan nyawa
dan segala waktumu

maka, kuselami tanah bilik jiwamu
dan kudekap kau
seperti mereguk deru makna di dadamu

matamu terlihat kelu
dari sorot layar
lalu kita pun bertemu
dan meledak
seperti matahari yang rapuh dari timur

dalam jiwamu kubuang darah yang menyala
yang berwakktuwaktu kutahan
berpijar dari bilikmu yang tajam

maka terwaktulah
keringat jiwa yang kita saring
agar terus terdengar gempita
yang terbungkus dalam sunyi
Rumah Tanya, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura