Sepasang Burung Kelaparan di Tepi Semesta

Sajak-sajak: Matroni el-Moezany

Sepasang burung
enggan merasakan
apa itu buah
karena tidak ada hujan?
mungkin karena malu?

Ia hanya bisa mengais
serumpun sampah
yang sudah gersang
di balik sisa makananmu
apa kau tidak merasa?
sesuatu dibalik ragam kemeranaan

Senja mungkin telah pergi
hingga pagi tiada lagi
kemesraan terhias
pada sunyi yang merana

Yogyakarta, 2008

Mengenal Rasa

Pada musik semesta
yang tak mengenal rasa
tiada arah menempel pada tepi
ruang pun tak ada
gerak pun tiada
hanya kata dan suka
yang ramai menemani malam

Yogyakarta, 2008

Mandi

Hujan
Belajar mandilah
Padaku
Agar tubuhmu bersih

Yogyakarta, 2008

Kesunyian

Kesunyian dalam diri
Adalah sesuatu yang harus mati
Hingga kau tak menemukan lagi
Warna keresahan semesta ini

Yogyakarta, 2008

Karena Penantian

mungkin suatu penantian
dalam rimba angan-angan
yang menelisik jiwa
hingga terasa dingin tubuh ini

padahal kata telah lama terbakar
di rimba api semesta
aku pun tak lagi ada
pergi
mencari sisa abu untuk kumakan
bersama bintang-bintang

ini mungkin salahku
tidak mencari uang untuk membeli makan
atau mungkin karena alam sudah tidak bersih lagi
bersih dari maling, bersih dari keserakahan dan bersih......?

aku tetap menanti alam ini bersih
untuk turun dan mencari minum
setelah makan
karena penantian tetap menyakitkan

Yogyakarta, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura