Kiai Sanhaji
Kiai Sanhaji
Kiai yang
dikenal sederhana, biasa dipanggil Kiai Haji, malam Sabtu tanggal 6 Agustus
2021 malam saya dan Wifi sowan dalam rangka pamit Majelis Dzikir dan Shalawat
ditaruk di mushallah miliknya. Awal pembicaraan saya memulai sebagai pengantar
dan beliau langsung mengiyakan acara MDS ini di taruh di mushallah beliau.
Namun saya
ingin bercerita bahwa ternyata beliau sebagai sosok aktivis di masa mudanya,
tahun sekitar 1987an beliau sudah menjadi motor halal bihalal yang
diselenggarakan di pendopo kecamatan di saat acara-acara waktu itu jarang
diberi ijin, bahkan beliau mengadakatan acara di batuputih didatangi 9 polisi
untuk membubarkan acara tersebut, tapi dengan kecerdasan beliau acara tersebut
berjalan dengan lancar.
Saya dan wifi
pun ngobrol akhirnya beliau bercerita saat dipondok yang sering dipanggil Kiai
Tsabit untuk mendengarkan tentang ke NU an. Dari sinilah kemudian ngobrol
dengan beliau memanjang sampai satu jam-an. Saya akan bercerita apa yang
menarik menurut saya, dan seingat saya.
Pertama
Mental itu
penting, kata beliau diikuti dengan cerita ada orang yang suka megang pedang
dan keris, namun di saat ada musuh orang ini takut, lalu beliau katakana buat
apa sakti dan gagah jika mentalnya down. TNI dan Polri itu luar biasa
kuat dan gagah, kata beliau bahkan pemerintah sekarang jiwanya sudah baik, tapi
kalau masyarakat dibuat tidak percaya dan dilemahkan dengan cara mata pencarian
di tutup, sementara di tempat lain tidak di tutup. Kalau kelemahan ini
diketahui Negara lain, maka negera lain akan mendekat dan merongrong kembali,
seperti yang terjadi di Ambalat dan Irian Jaya, kata beliau.
Kedua
Gimana caranya
NU keluar dari partai Politik, kata beliau saat Kiai As’ad Syamsul Arifin
memanggil pak Mujib Ridwan. Pak Mujib kemudian menjawab, siapkan saya bullpen
dan kertas, lalu satu minggu pak Mujib bekerja (oret-oretan), akhirnya pak
Mujib berkata kita harus ke PBNU. Berangkatlah beliau ke Jakarta, dengan
membawa oretan tersebut, menghadap Kiai Idham Kholid, dan menunjukkan oretan
tersebut berkata “kamu mau tanda tangan,
iya, tidak juga tidak apa-apa, saya orang Madura, sambil memegan pisau” , kata
Pak Mujib. Akhirnya di tandatangani oleh pak Idham Kholid.
Lalu Kiai As’ad
dan Pak Mujib pulang dan mengadakan Muktamar 84 di Sukorejo. Yang menghasilkan
NU keluar dari partai dan Asas tunggal, kata Kiai Haji, sambil menyerobot kopi
dan rokok Surya malam itu di bawah pohon Mangga yang ramai dengan bunyi tikus
di ranting-ranting.
Indonesia ini
akan bubar, kalau demokrasi tidak dirubah dengan federal. Lalu Gus Dur menjawab,
tidak usah repot, kita tetap demokrasi, tapi cara kerjanya federal, maka
lahirlah otonomi daerah.
Ketiga
Di Gapura Timur
ini secara structural NU lahir sekitar 90-an ketua pertama kali K.H Hasani.
Namun NU di Gapura Timur ada sejak pemilu pertama kali yaitu tahun 1951. Penggeraknya
waktu itu K.H Asy’ari.
Ke empat
Santri itu
memang luar biasa. Saat saya di pondok meskipun saya bukan orang alim dan
pintar, yang alim itu Kiai Mursyid, katanya. Saya sering di panggil Kiai Tsabit
untuk diskusi.
Komentar