Panja’ dan Tikus

 

Pada tanggal 15 Januari 2021 padi saya sudah berumur 15 hari kebetul saya diberi sawah bapak (sangkolan) satu petak sawah (setengah laggu) di saat saya menikah 1 tahun. Di hari jumat kemaren saya melihat keadaan panja’ di tengah keramaian tikus-tikus menyerang panja’ petani.

Betul memang tikus menyerang dengan memotong daun-daunnya, sehingga banyak petani mengeluh, ada beberapa masyarakat yang cara mengusirnya dengan istighasah di sawah ada pula dengan meracuni tikus, maka bangkai tikus banyak yang mati sampai berakarung-karung di buang ke laut dan sungai.

Realitas ini bukan tanpa sebab, saya ingin mencoba melihat fakta ini dari kacamata natural, ini sama persis dengan kasus corona yang awalnya dari kalelawar yang airliurnya memang penuh dengan penyakit yang mematikan, mengapa sampai ke manusia karena “rumah” kelelawar di gundul. Ini persis dengan fakta tikus yang menyerang panja’ jagung, kacang tanah, dan kacang ijo.

Mengapa tikus ini menyerang begitu ganasnya, ini terlepas dari kacamata Agama. Tikus itu menyerang karena makanan di sawah dan ladang tidak ada, karena di obat (di racun) oleh petani sendiri, rumput di obat, belalang di obat, ulat di obat, sehingga makanan tikus dan ular tidak ada di ladang dan sawah. Pertanyaannya, mau makan apa tikus dan ular, jika semua sudah di racun?

Semakin banyak ruang gerak hewani ini dihancurkan manusia, dapat dimungkinkan penyakit-penyakit lain akan bermunculan menyerang manusia, sebab hanya manusia yang menghancurkan ruang gerak hewani. Artinya semakin besar hutan dan ladang di hancurkan oleh manusia, maka semakin banyak pula penyakit akan menyerang manusia, termasuk longsor. Semoga kita diberi kesadaran bahwa bumi bagian dari hidup kita, jika bumu hancur, maka manusia pelan-pelan akan hancur.

 

 

Gapura, 16 Januari 2021

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

SADAR, MENYADARI, KESADARAN

Matinya Pertanian di Negara Petani