Cara Menulis Puisi Yang Buruk
Oleh: Matroni Musèrang*
Pertama/
Tulislah puisi-puisi
yang didalamnya mengandung fatwa-fatwa religius, sehingga anda dikatakan
sebagai penyair yang mampu memberikan fatwa kepada manusia untuk menjadi
pribadi yang benar menurut agama. Sebab fatwa merupakan sarana untuk mendoktrin
manusia agar merasa dirinya paling agamis dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, puisi
yang bagus menurutmu adalah puisi yang didalamnya ada istilah-istialah agama,
biar dikatakan puisi religius. Benarkah puisi religius adalah puisi yang
didalamnya tercamtum diksi-disksi agama? Jawabannya tentu berada iya, bagi
penyair mengartikan bahwa puisi yang baik ketika didalamnya ada fatwa agama. Lalu
apa bedanya penyair yang begitu dengan penceramah?
Padahal kita tahu
bahwa penyair dan penceramah itu seperti langit dan tanah. Artinya bagi yang
mengaku penyair berposisilah layaknya seorang penyair, yang dalam kehidupannya
puitis. Puitis dalam artinya keseharianya selalu diiringin keindahan demi
keindahan. Puisi itu sebenarnya manifestasi dari penyairnya. Kalau ini
dijadikan ukuran maka penyair tentu dia yang memiliki moral yang indah, tutur
sapanya indah, tingkah lakunya indah. Ketika semua serba indah, lalu apa yang
buruk dari penyair? Kecuali yang mengaku-ngaku penyair.
Ukuran penyair melineal
itu seberapa banyak menulis kata-kata indah di medsos dan seberapa banyak dia
menerbitkan buku puisinya, tanpa mempertimbangkan seberapa lama berproses padahal
kita mengetahuai bahwa aktualitas-historis selalu berbanding lurus dengan
kualitas karya.
Kedua/
Gunakanlah kata-kata
“janda”. Tugas penyair yang kedua harus mencari kata-kata klise (janda
berkali-kali). Penyair jenis ini, menulis tanpa mempertimbangkan perenungan
kata-kata. Karena doktrinnya memperbanyak menulis. Menulislah sebanyak-banyaknya.
Lalu buat apa
menulis sebanyak-banyaknya jika terbuang sia-sia?
Gapura, 31 Maret 2019
Komentar