Kabar Buruk yang Tak Buruk
Oleh: Matroni Musèrang* Membaca antologi puisi “Menunggu Kabar Buruk” karya penyair senior Sumenep ini menimbulkan pertanyaan yang benar-benar menggelisahkan, kenapa? ketika saya disuguhkan beragam kegelisahan penyair dalam buku ini kepala saya seolah-olah pecah menjadi banyak karena puisi-puisi yang ada banyak ide yang digelisahkan dan ingin di sampaikan. Namun sebagai pembaca saya akan mencoba masuk pelan-pelan sambil mencari sesuatu yang dapat saya temukan di sana. Semoga apa yang saya temukan tidak menyimpang dari yang saya lihat. Namun saya senang dan bahagia membaca antologi puisi ini, judulnya menunggu kabar buruk, setelah saya telusuri “tidak” saya temukan keburukan itu, hanya saja keburukan dipengantar yang K. Faizi tuliskan. Saya akan masuk dari pintu yang berbeda untuk membaca Menunggu Kabar Buruk ini, ini dimaksudkan agar keberagaman paradigma itu ada. Memilih diksi puisi bukanlah perkara gampang dalam puisi. Diksi membutuhkan renungan-renungan yang intens, sehingg...