Re-Interpretasi Makna BHAPA’ BHABU’ GURU RATO
Oleh: Matroni
Musèrang*
Orang Madura tentu tahu dan mendengar
istilah Bhapa’ Bhabu’ Guru Rato. Ada tiga kata yang penting untuk kita
refleksikan maknya.
Bhapa’ (eppa’) atau bapak. Bapak tentu simbol orang
yang menjadi pemimpin keluarga. Sebagai pemimpin keluarga ia harus mampu
membaca watak istri, anak-anaknya termasuk juga harus mampu membaca saudara
dari isteri dan saudara dari dari bapak. Pemimpin keluarga bagi orang Madura
merupakan hal penting, sebab kalau ada bhek-rembhek (musyawarah keluaga) yang
diutamakan adalah pihak laki-laki yang dalam hal ini di simbolkan oleh Bhapa’.
Artinya untuk menjadi pemimpin desa, pemimpin Kabupaten, presiden, apalagi
pemimpin ummat, ada tanggungjawab besar yang harus diemban oleh seorang
pemimpin yaitu kemampuan membaca semua watak atau karakter manusia, karakter
budaya dan karakter keilmuannya.
Bhabu’ (embu’) atau ibu. Yang disimbol dengan sosok
perempuan. Ibu atai perempuan bagi orang Madura adalah sosok sangat dekat
dengan anak-anaknya. Seringkali anak-anak tidak mau gendong ke bapak di
sebabkan psikologi anak lebih dekat dengan ibu. Ibu adalah pengeran kathon
(pengeran bayang-bayang). Artinya ibu adalah manifestasi dari sifat
Tuhan di dunia, seperti kasih sayang sama anak, perhatiannya sama bapak dan
anak, perasa, dan lainnya. Maka wajar jika ibu dikatakan pengeran kathon, sebab
ulama, budayawan yang menjunjung tinggi seorang ibu ia akan di angkat
derajatnya oleh pengeran Allah, sekedar contoh Gus Dur, K.H Hasyim Asy’Arie,
KHR Syamsul Arifin, Gus Mus, Emha, K.H Bisri Syamsuri, K.H Ahmad Dahlan, tokoh-tokoh
besar dunia dapat dipastikan karena mampu menjaga akhlak kita terhadap ibu dan
perempuan sebagai simbol.
Ibu sebagai simbol keperempuanan,
Rasulullah yang pertama kali meyakinkan itu wahyu bukan kakeknya, akan tetapi
Siti Khatijah, ini salah satu bukti nyata bahwa perempuan merupakan sosok yang
luar biasa dalam proses untuk mengenal siapa sebenarnya DIRI/AKU. Ngaji abe’
kata orang Madura, orang-orang yang
sukses ngaji abe’ adalah orang-orang yang mampu menghargai isteri atau
perempuan. Maka siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya.
Guru, bahasa Arabnya Ustadz (namun tidak hanya ustadz
sebab bagi orang Arab sebutan ustadz merupakan sosok manusia yang alim,
akhlaknya terpuji, bijak). Artinya Guru adalah sosok yang
mampu mengayomi, memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat (tidak plagiat
atau copas), akan tetapi mampu membaca dan memahami sendiri, di sini mengapa
penting merenung atau berpikir. bukan kemudian Guru memiliki rasa “aku guru”
sehingga tidak lagi penting untuk belajar. Gus Mus mengatakan “jangan berhenti
belajar” artinya guru, ulama, rato, ibu dan bapak harus terus belajar sebab
kalau berhenti belajar kita akan merasa benar, merasa paling alim, merasa paling
“suci” karena keturunan Wali dan keturunan Rasul, jangan dulu, selalulah
belajar agar menjadi guru yang dimaksud oleh orang Madura itu.
Rato atau raja, sebagai pemimpin
yang dihormati. Rato adalah pemimpin negara kalau sekarang. Rato semua titahnya
adalah sabda. Rato pemimpin yang bijaksana, yang mampu menjaga keamanan bangsa
dan negerinya.
BHAPA’ BHABU’ GURU RATO sebenarnya memiliki nilai etika,
nilai akhlak, nilai tengka, nilai filosofis dan nilai keilmuan bagi kita agar
tidak menjadi sosok manusia yang kaku dalam melihat keberagaman manusia. Tiga ikon
ini menjadi tanda bahwa akhlak kita yang pertama adalah kepada kedua orang tua,
kedua kepada guru dan terakhir kepada rato, artinya tiga ikon ini adalah hirarki
tauhid kemanusiaan dalam menuju akhlak yang sempurna.
nilai filosofis ini penting untuk kita diskusikan berikutnya di esai selanjutnya..
nilai filosofis ini penting untuk kita diskusikan berikutnya di esai selanjutnya..
Gapura, 22 April 2016
Komentar