Catatan Perjalanan Bersama Syaf Anton Wr


23 desember 2015 yang lalu, ada acara peluncuran antologi puisi tunggalnya mas Anton (panggilan akrab Syaf Anton Wr) “Langit Suasa, Langit Pujangga” (2015) di Yogyakarta, tempatnya di teatrikan perpustakaan umum UIN Sunan Kalijaga. Kita berangkat tanggal 21-nya, karena mau mampir ke rumah anak wanitanya mas Anton di Klaten. Kebetulan Klaten-Jogja 30 menit naik motor. Sumenep-Yogyakarta perjalanan yang melelahkan, karena bus patas yang kita tumpangi tidak sebagus yang kita kira.
Kita berangkat jam 8 malam dari terminal Arya Wiraraja Sumenep sampai di Klaten pagi, saya langsung istirahat, mas Anton melepas rindu bersama dua wanita cucunya. Kami di sambut dengan baik, namanya di depan ada mas anton sebagai ayah, wajar, seperti bertamu ke rumah Tuhan, kalau bertamu bersama orang-orang yang dicintai Tuhan, maka Tuhan pun akan menyambutnya dengan baik. Hanya saja kita mau bertamu bersama siapa?
Istirahat selesai, kita jalan-jalan bersama dua cucunya ke liling kota Klaten. Ke mall, ke alun-alun, hingga kita basah karena di guyur hujan deras. Sambil menunggu hujan redah di rumah anak mas Anton, kita di suguhi jus al-pokat. Perjalan pun berlalu dengan kita sampai di rumah dan ganti baju.
Hujan pun redah, awan-awal di atas sudah tipis. Saya dan mas Anton siap-siap ke Jogja menaiki motor, 30 menit kemudian kami sampai dan berkumpul di komunitas Rudal, Pengok, PJKA Blok K GK, bersama teman-teman komunitas Rudal, kemudian menyusul Mahwi Air Tawar, bersama mas Nidu Erlang dari Tanggerang, Kamil Daya Sawah, Marsus Banjarbarat, Diyanto, kami siap-siap mengikuti acara diskusi buku “Taneyan” karya Mahwi Air Tawar dan kumpulan cerpen Nidur Erlan yang aku lupa judulnya, dua buku ini didiskusikan di universitas Ahmad Dahlan jalan kapas lantai dua, saya dan mas Anton main ke anaknya yang kuliah di UAD, kemudian melanjutkan diskusi.
Di malam diskusi saya bertemu dengan penyair-penyair mudah yang masih ada di Yogyakarta Indrian Koto sama istrinya Mutia Sukma, Selendang Sulaiman, Latief S Nugroho, Iqbal Saputra, Sule Subaweh, Shohifur Ridho Ilahi, Badrul Monir, Hamdi Salad, dan pembicara pada diskusinya guru saya Evi Idawati penyair Perempuan yang menetap di Yogyakarta. Di lantai dua ada bazaar buku banjar seperti biasa yang menggawangi Novi dan Marsus Banjarbarat, ada Jurnal sajak edisi 13 kalau tidak salah ada biografi saya, namun tulisannya tidak ada, hanya biografinya saja, hehehe, setelah saya konfirmasi ke editor jurnal sajak ternyata layout hampir selesai tiba-tiba lampu mati jeklek. Bagi saya tidak apa-apa, semoga menjadi awal yang baik bagi saya. Akhirnya bulan berikutnya saya kirim lagi dan ternyata lengkap di muat tulisan dan biografinya, Alhamdulillah.
Acara pun selesai, dan kami pulang ke Piyungan, bermalam di sana, di rumah Mahwi Air Tawar, ada Marsus Banjarbarat, Diyanto, Kamil Daya Sawah Nide Erlang, pagi-pagi saya dan mas Anton pulang menuju kost anaknya Ilham, karena semalam tidak bertemu. Bertemu selesai bicara pun selesai, saya dan mas Anton pulang, saya ke kost Rudal dan mas Anton ke Klaten.
Malam-malam saya istirahat total, sebab paginya ada cara peluncuran buku puisi, “Langit Suasa, Langit Pujannga” karya Syaf Anton Wr yang bertempat di teatrikal perpustakaan UIN Sunana Kalijaga Yogyakarta dan sebagai pemateri Syaf Anton Wr sebagai penulis, Prof. Faizal Ismail, Dosen UIN SUKA, Iman Budhi Sentosa penyair sepuh Yogyakarta dan Sofyan RH Zaid sebagai bukti hidup. Dan kebetulan saya di minta untuk baca puisi mas Anton dan Prof. Faizal.
Acara peluncuran buku pun selesai, saya, Nide Erlang, mas Anton Mahwi Air Tawar dan tim 9 menuju cheret untuk rapat peluncuran penyair muda Madura di jalan timoho, rapat di mulai dan mas Anton, Nidu Erlang dan Mahwi Air Tawar pulang duluan, dan saya dan mas Sofyan melanjutkan jalan kaki dari jalan timoho ke kost rudal, sebab mala mini juga saya dan mas Sofyan akan pulang bareng ke sumenep.
Sesampainya di kost rudal, kita kumpul di kamarnya selendang Sulaiman, bersama Dimas Indiyana Senja, menunggu jam 11 kita pulang, dan di anterin ke Janti naik bus menuju Surabaya-Sumenep. Di ataas bus menuju Surabaya, sesampainya di Surabaya kita sempatkan ngopi sebelum naik bus menuju Sumenep. Di atas bus yang masih menunggu penunpang, kita duduk satu kursi dengan mas Sofyan dia berbisik “wanita itu cocok hanya jadi pacar” ternyata mas Sofyan lebih dulu tajam melihat wanita di luar buas. Ah itu tidak penting.
Yang bagi kita adalah kopi dan diskusi mualid dan puisi yang akan dilangsungkan di lesbumi gapura, kebetulan saya pengurus lesbumi.





        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani