Teks yang Dilupa


Sejarah adalah waktu. Waktu adalah perjalanan eksistensial seseorang. Waktu adalah aku yang harus terus berjalan memenuhi diriku yang kurang. Kurang dari cahaya. Kurang dari ilmu. Aku banyak belajar dari waktu, karena keseharian merupakan proses untuk mematangkan diri. Walau pun takut gara-gara kenal dengan wanita. Tidak percaya terhadap wanita. Itu hanya sebagian dari waktu yang harus aku renungkan sebagai ladang sunyi dan sebuah perjalanan.
Jadi sekarang, harus benar-benar cerdas membaca semesta, karena kecerdasan merupakan ladang yang indah melihat realitas yang sebenarnya. Padahal perjalanan tak semudah yang terbayang mata. Waktu harus aku rengkuh sebagai saku perjalanan untuk terbang ke cakrawala melihat semua dan membaca yang akhirnya aku-lah pemenang dari segalanya. Walau pun ini sangat sulit, tapi setidaknya ada usaha merombak dan membaca tanda-tanda semesta. Dengan membaca semesta atau membaca ‘diri’ lah orang akan paham semuanya.  
Membaca adalah senjata paling ampuh menaklukkan dunia. Ada hari-hari yang menjelma kerisauan, di tengah-tengah inilah mental kita benar-benar di uji Tuhan, Niji yakin kalau kedewasaan itu dibangun dari dalam diri seseorang, walau pun tidak menutup kemungkinan juga datang dari luar diri kita, namun harta yang paling berharga dan penting dalam hidup adalah dirimu sendiri, orang tua dan isteri. Kita berjalan tanpa ada kehadiran orang tua, jangan harap kau menjadi orang sukses selamanya.
Jalan paling indah, damai dan bahagia adalah ketika orang tua datang untuk menyukseskan kehidupan kita. Likuan, luka dan kecewa memang selalu ada dalam hidup, tapi hal itu harus kita hadapi dengan cinta. Dengan rasa keluasan dan kedalaman.
Itulah sedikit dari pengalaman Niji selama 2012, sekarang sudah masuk 2013, jadi Niji harus berjalan menemui semesta untuk aku rengkuh dan kutanam dalam diri, agar tumbuh menjadi cakrawala ketuhanan. Amin
Di bulan Februari Niji menelfon bapaknya, karena kangen. Niji bercerita.
“Ayah”
“Aku sekarang lagi males dan capek” kata Niji
“Males dan capek sudah ada sejak Adam dan Hawa diciptakan, Nak”
“Terus untuk menghadapi, gimana Yah?”
“Mang dikampusmu tidak diajari apa? Padahal kamu sudah kuliah s2, berarti kamu masih bodoh? hehe”
“Hahaha...makanya aku masih sekolah karena aku masih bodoh yah”
“O... gitu”
“Iya,,Yah”
“Gimana yah, cara untuk menghadapi males dan capek?”
“Jadikan ia kuda dan naiki, agar ia selalu di bawa”
“Gimana caranya, kan capek dan males itu bukan benda dan hewan?”
“Aku yakin kamu pasti bisa, bagaimana caranya menghadapinya? Aku dan ibumu kerja di sini, bukan tidak cepek dan melas, tapi lebih dari itu, karena ini sebuah tanggungjawab, sebenarnya ini terpaksa saya kerja untuk keluarga, terus gimana lagi, sama halnya dengan kamu, di sana kamu kuliah, menghadapi tugas kampus, harus membaca, menulis dan berpikir, itu tanggungjawabnya sebagai pencari ilmu, jadikan aku dan ibumu sebagai cermin perjalananmu”
“Niji diam sejenak, lalu bapaknya bilang, sudah dulu ya, aku mau berangkat”
“Ya, Yah”
Senja semakin memudar dan berganti malam, lalu Niji pulang ke kostnya, karena adzan sudah terdengar dari masjid al-Husna dan al-Jihad, Niji mandi da shalat magrib dan menuggu isya’. Tiba-tiba HP berdering ada pesan dari adiknya Zizy: kau mungkin hafal rasanya di hianati, tapi tak pernah tahu membagi mengutuk jarak dan tak percaya waktu, ditikam waktu, ditikam dingin, di bunuh naluri menebar tubuh. Aku merindukan dadamu yang berkeringat meski hujan tak menepati janji, ingkar seperti kematian, tapi tentulah kau telah beku dengan kebenaranmu dan cacatku, sedang aku runtuh luluh. Karena waktu itu adikku ini baru di putus sama pacarnya.
Niji tak membalas pesan tersebut, Niji melanjutkan zikirnya sampai waktu isya’ datang, Niji tidak membalas pesan itu karena Niji tidak paham apa maksud dari pesan tersebut. Dan itulah akibat dari Niji tidak mengerti wanita sampai sekarang. Wanita bagi Niji sosok yang penuh rahasia. Penuh tanda tanya. Maka dari itu, ketidakmengertianku terhadap wanita, justeru wanita semakin sempurna, mulia dan agung.
Lagi-lagi Niji dapat pesan dari teman aktivisnya
“Niji, maraknya reaksi anti preman di Yogya rawan ditunggangi untuk sentimen pribadi dan kelompok seperti tahun 65, seperti sms yang kuterima meski susah pembuktiannya tapi perlu dicermati jika bersifat masif”
“Rezim SBY semakin memiskinkan dan menyengsarakan rakyat dengan tahun ini berhutang pada bang dunia dan Rezim semakin terbukti hanya berpikir untuk kepentingan pribadi dan kelompok dengan membiarkan rakyat kian menderita”
“Alasan memimalisir kebocoran soal yang jadi kebijakan sentralisasi naskah ujian adalah pintu masuk indikasi korupsi tender naskah UN”
“Penolakan pasien miskin oleh rumah sakit di jakarta menjadi cerminan kebobrokan dunia kesehatan kita, ini bisa dilihat dari kekayaan kebanyakan dokter yang berbanding terbalik dengan pasiennya”
“Dalam acara TV petinggi KPK melansir sejak tahun 2008 sampai 2013 hutang RI meninggkat tiap tahun menjadi 2000 triliun dan banyak dikurupsi, sampai tahun 2041 setiap bayi yang lahir menanggung hutang 50 juta, kemungkinan kita jadi bangsa terjajah atau hilang dari peta dunia”
Pesan-pesan ini sebenarnya Niji tidak mengerti. Mungkin karena Niji bukanlah seorang aktivis, tapi ketika Niji berpikir dan melihat keadaan bangsa yang semakin hari semakin tak karuan, bawang merah dan bawang putih harganya naik turun, sehingga para petani tak mampu menentukan harga sendiri, akhirnya hanya menjadi buruh di ladangnya sendiri. Bangsa hanya ada dalam genggaman tangan kosong. Bangsa hanya ada di ruang hampa. Bangsa hanya ada dalam wacana dan perbincangan elit yang sebenarnya para penguasa masih belum paham bahwa dirinya adalah wakil rakyat dan harus memperjuangkan rakyat. Ketika semua petinggi lebih mengedepankan dirinya sendiri. Siapa yang akan menjadi tokoh pembaharu dan mendekontruksi para pemikir kelas elit itu? Siapa? Siapa yang menjadi Wiji Thukul? Siapa yang akan menjadi WS Rendra? Siapa yang akan menjadi Romo Bangun?
Desiran angin malam semakin mengigilkan tubuhku, cahaya lampu semakin terang lantaran gelap sudah hadir. Suara di depan kamar menambah keramaian malam, musik ikut menyeruak halaman malam. Malam-malam menjelma bayangan bangsa yang rusak. Penguasa yang korupsi. Hukum yang tak bertaring. Pancasila yang dibiarkan. Sementara pasar bebas dan ekonomi sekuler di biarkan bermain di negaraku.
Tiba-tiba nomor baru mengirim pesan
“Ini gila, nasib bujang, hari terang keluar untuk meneteskan keringat dan menjenguk keramaian, malam gelap terperosok dalam kamar seorang diri dengan pikiran-pikiran mengenaskan”
Niji yakin ini pesan dari Andi, penyair mesterius yang memiliki imajinasi tinggi. Dia kadang datang ke tempat Niji, dengan membawa banyak imajinasi-imajinasi liar, bercerita tentang capaian-capaian seorang penulis.
Malam semakin malam, waktu semakin sepi dan keramaian mulai minim, sementara Niji bangun dan melihat HP.nya ada dua pesan singkat terkait dengan BBM yang mau naik dan mahasiswa berdemo, pesan itu berbunyi “terkutuklah sby sebagai pemimpin yang menyengsarakan rakyat! Merdeka atau mati, runtuhkan rezim neolib! Merdeka atau mati” selang beberapa menit pesan singkat itu dating lagi “Apa hukumnya dalam islam jika balasan yang diberikan pada rakyat miskin itu hutang luar negeri dan anak cucu kita yang akan melunasi?”
Pesan itu di simpan oleh Niji selama dua hari, sehingga pada senja hari Niji bangun tidur mendengar suara televesi yang menyuarakan BBM akan naik. Niji nangis dalam hati, apa yang membuat para pemimpin menaikkan harga BBM harus naik? Bukankah uang kita masih banyak? Bukankah para koruptor masih menyimpan uang rakyat? Lantas kenapa harus mengorbankan rakyat dengan menaikkan harga BBM? Apakah karena pemimpin bangsa ini bodoh, jarang berpikir keadaan rakyatnya? Atau para pemimpin kita sudah di kunci oleh Tuhan, sehingga teguran dari siapa pun tak masuk di jiwanya?
“Niji bertanya dalam jiwanya sendiri”
Pagi berikutnya Niji nulis di depan kumputer, ada gurauan dari teman kostnya, gimana hasil demo kemaren Nij? Wah, aku tidak tahu, jawab Niji. Dimana change mahasiswa sekarang? Aku juga tidak tahu, jawab Niji. Mahasiswa Change sekarang itu merubah dari perawan ke tidakperawan, hahaha, inilah solusi social hari ini, kata Niji. Lihat misalnya para elit yang suka wanita. Ini bukti nyata bahwa perubahan dari perawan ke tidakperawan benar-benar dilakukan oleh para elit bangsa ini.
“Hahahaha,,, apa ini yang dikatakan Daniel L Fals dalam bukunya Seven Theories Of Religion bahwa agama akan menjadi penyakit saraf yang mengganggu manusia sedunia”
“Iya, itu akan menjadi benar ketika para penganut agama merasa benar sendiri, padahal kebenaran bukan milik manusia, kebenaran milik al-qur’an dan tuhan”
“Aku menjadi bingung” batin Niji
Segalanya selalu bermula dan berakhir dalam rumusan sederhan begini: 0…….1…….0.
Mungkin hanya kesadaran dalam tiap diri manusia, itu yang akan merubah segalanya, dengan mereka tidak lagi mengabaikan nasehat, amanah dan tidak meremehkan syari’atnya. Kesalahan mereka anggap biasa, larangan mereka tertawakan, jadi jangan pernah salahkan siapa jika Allah turunkan azab sebagai teguran dan nasehat bagi mereka, kata Alim.
Lawanlah suatu kebiasaanmu jika kamu rindukan kesejahteraan. Berhentilah menuding jika kebiasaanmu masih belum diperbaiki. Jangan jadikan dirimu menjadi obrolan setan. Tapi berpikir bagaimana syaitan yang dibicarakan kamu? Begitulah nasehat yang selalu datang ketika Niji dalam keadaan risau.
Malam-malam semakin larut dan seperti biasanya Niji mendapatkan pesan di hand phonnya, pagi-pagi bangun pesan itu selalu ada kadang di baca kadang juga di biarkan begitu saja, entah pagi ini Niji membaca semua pesan yang masuk:
“Kapan kita sudahi diri kita yang jadi budak oleh pikiran sendiri? Terlalu banyak kebahagiaan dan kesenangan tercecer di luar dari pada kita menggeliat seperti cacing dikegelapan tanah, kita tidak perlu bersekutu pada gaib agar tubuh kita memancarkan keelokan dan keindahan yang menarik hidung perawan atau remaja yang selalu terantuk-antuk, kita mesti mencari diri kita yang murni, jiwa yang taga yang tauhid, yang ke sana-kemari, menuai kedengkian dan diceraikan dari kesenangan. Ayo kelupas diri kita yang beribu topeng dan kepentingan. Kemana langkah adalah tujuan yang sejati, dan siapa pun boleh berjaga malam ini menunggu purnama atau untuk berkerut kening”
“Tolong interpretasikan tentang gelas yang diisi air, tapi bawahnya pecah sehingga airnya meluber dan gelas tersebut tidak ada isinya, terserah memakai sudut pandang apa?”
Kita hidup dalam sebuah dongeng-kisah alam pikiran yang membenamkan jiwa pada khayalan, tragedi imajiner yang menyiksa si tukang tiada ampun, memikul duka sebesar angkasa dalam jalan-jalannya tersesat dan terpencil ke pusat dunia bayangan.
Banyak hal rahasia dan peristiwa tersimpan dan tersembunyi berat untuk disampaikan. Niji minta angin berkobar-kobar dimana-mana mulai malam dingin, dan siang panas, itu tanda angin akan bermunculan, angin saudara kita sesama manusia. Kalau waktu kebenaran tiba, katakan haq ada haq, meski pahit dan menyakitkan, juga diri yang sungguh-sungguh diuji keadilan dan pembelaannya.
Tiba-tiba, rindu datang menyapa Niji sehabis bangun tidur siang, lalu Niji pada berkata pada Dewi “Aku rindu kamu”. “Mengapa dikit-dikit rindu?” Jika engkau tak membolehkan aku merinduimu, akan aku hapus kerinduan ini untukmu. “Boleh-boleh”, jawabnya.
Tiba-tiba kerinduan itu menancap ke dada Niji, kerinduan akhirnya mengajak untuk menangis, karena kerinduan itu tidak lagi rindu pada wanita pujaannya, akan tetapi kerinduan mengajak pada sosok wanita yang luar biasa yaitu ibu.
Ibulah yang mengajari Niji makan, minum, tidur, memakai baju, mandi, makan, bertutur, tersenyum. Ibulah yang mengajari Niji mengaji ke langgar, ke sekolah, demi anak Ibu akan melakukan apa pun. Ibu rela membiyai anaknya sekolah, kuliah, rela menjual hewan peliharaan bahkan sawahnya. Tapi mengapa setelah anak tersebut menjadi jaya, menjadi mahasiswa dan sarjana, justeru melawan orang tua? Niji sedih ketika melihat seseorang bersikap seperti itu.
Yang lebih aneh lagi, mengapa sosok wanita kadang selalu kalah dengan laki-laki. Wanita yang kalah.
Apakah memang tak berdaya
rasa yang kau miliki tak bernyawa
lampu-lampu kamar bertengkar dengan mata

Apakah memang tak berdaya
pikiran yang kau miliki tak terlihat ada
sikap dan tingkah tak seindah wajah-wajah

Apakah memang tak berdaya
kata-kata yang kau miliki tak bermakna
sajak-sajak jumpalitan menahan kebohongan

Wahai wanita-wanita yang kalah
jarak rasa dan pikiran tak bertemu
senyum di asa di atas batu kesombongan
baju di beli di atas keangkuhan
hidup di bangun di atas kebisingan yang kotor

Aku tak bisa menanam cahaya
di tanah-tanah yang gersang
duri-duri tak tajam, tumpul
pisau hanya digunakan mengiris bawang
hatimu hanya dijadikan sarang luka

Wahai wanita-wanita yang kalah
apakah memang tak berdaya

Aku tak rela
wanita berdiam dikeramaian luka-luka
di balik rayuan angkara murka

Angkatlah kekuatanmu
robohkan tembok-tembok yang merobek keperawananmu

Wahai wanita yang cipta dengan indah
dimanakah kamu
dimanakah karomah kau simpan

Apakah memang tak berdaya

Begitulah puisi yang lahir dari kegelisahan Niji melihat wanita yang sering kali kalah dengan  laki-laki. Kadang wanita kalah dengan rayuan, kalah karena kata-kata. Di dunia wanita selalu menjadi perbincangan yang hangat, entah karena wanita memang hangat atau ada faktor lain. Niji tidak tahu, tapi wanita yang sering kali kalah, wanita yang kalah dengan rayuan dan kata-kata, wanita yang kalah dengan gombalisasi. Karena apa wanita menjadi kalah? Apakah wanita lembut atau karena wanita lebih mementingkan fisik daripada metafisik? Lebih mementingkan materi daripada immateri? Niji tidak tahu,
Ketika Niji membaca wanita, pikiran Niji langsung tercorong pada dua aspek, wanita sebagai insan al-karomah, dan wanita yang rohman dan rohim. Sebagai insan karomah, wanita diciptakan untuk menjadi pemimpin, pemikir, pendidik, pemersatu dan pengantar. Tapi hal ini jarang Niji “temui” di percaturan sejarah dunia, entah karena sejarah berpihak pada laki-laki atau memang wanita tidak menuntut ketika sejarah tidak mencatat wanita sebagai sosok yang memiliki kemampuan. Atau memang laki-laki egois sehingga wanita di klaim sebagai wanita yang lemah? Padahal kalau berbicara lemah, laki-laki juga lemah. Setiap ciptaan pasti memiliki kelemahan, tapi mengapa kelemahan ini selalu diarahkan pada wanita? Dalam hal ini sejarah harus mampu menjawabnya.
Tapi sejarah masih “miskin” dari catatan wanita yang memiliki kekuatan, bukan menafikan Rabi’ah, Siti Khatijah, Cut Nyak Din, dan tokoh wanita yang lain, akan tetapi hari ini dan generasi hari ini wanita sudah masuk pada perangkap melankolia pragmatis, melankolia hedonistik, dan melankolia materialistik yang dijual barat kepada kita, anehnya kita mengamini hal itu. Hal ini jelas bahwa pikiran dan kecerdasan wanita tidak sepenuhnya dipakai untuk membaca jualan orang-orang barat. Lalu dimanakah pikiran wanita padahal al-qur’an mencatat kata akal kalau tidak salah 853 kata akal, tapi ini belum ada pada diri wanita hari ini.
Lalu insan al-karomah belum berhasil di baca oleh para wanita hari ini. lalu pertanyaannya apa yang dikerjakan wanita hari ini? Niji tidak menjawab, Niji bukan wanita, kalau pun di jawab hal ini akan membuat wanita marah dan emosi. Sehingga banyak wanita yang mencari pelarian seperti menjadi femenis ekstrim, benci laki-laki, benci tatakrama sosial, tatakrama agama. Inilah yang membuat insan karomah lari dari diri sang wanita. Ini ada kaitannya dengan rohman dan rohim.
Padahal wanita tempat rohman dan rohimnya Tuhan, tapi mengapa sifat ini belum juga di baca secara kritis dan cerdas oleh wanita hari ini? maha kasih dan maha saya sebenarnya berada dalam diri wanita. Lalu wanita apa dan wanita seperti apa yang ditumbuhi bunga rohman dan bunga rohim?
Sepintas itu memang kesalahan wanita, tapi akankah kesalahan wanita di bebankan kepada wanita, padahal wanita bersikap dan bersifat seperti itu kadang dipengaruhi oleh laki-laki. Jadi siapa sebenarnya yang belum membaca? Dan mengapa al-insan karomah dan rohman rohim belum ada dalam diri wanita? Kalau kita mau menjawab secara utuh tentu itu kesalahan laki-laki dan wanita. Sebagai wanita yang mengerti (bagi yang mengerti) pasti akan memberi tahu kepada wanita bahwa wanita adalah sosok yang kuat dan mampu dengan berbagai metodologi yang mulia kita berikan kepada wanita, kenyataannya wanita hari ini justeru dijadikan objek untuk dijajah dan dijadikan alat seksual belaka, bukan dijadikan teman sharing keilmuan, sehingga tidak heran kalau wanita masih kalah.
Anehnya mengapa wanita mau? Lagi-lagi ini persoalan kesadaran dan kecerdasan si wanita. Nah untuk menjadi wanita yang kritis dan cerdas tentu harus MEMBACA kata al-qur’an. Apakah hari ini wanita sudah belajar menciptakan tradisi membaca? Ini persoalannya yang harus kita pecahkan bersama.
Begitulah Niji menulis dalam catatan hariannya. Niji tidak suka melihat wanita yang lemah, karena bagi Niji wanita merupakan jembatan menuju perdamaian dan kesejukan. Wanita adalah sosok ibu yang banyak memberi pengetahuan. Wanita adalah tempat surga berada.
Dan sekarang sudah bulan Desember 2013, Niji harus berkemas-kemas memulai dan berbekal sesuatu untuk masuk pada tahun 2014 karena tahun ini pasti beda dengan tahun sebelumnya. Maka dari itu, mental, ilmu, materi, dan pengalaman harus dijadikan cermin untuk menata perjuangan dan perjalanan. Karena Niji tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, yang jelas Niji hanya menyediakan bekal yang lebih kuat.

Selamat jalan semoga sampai pada tujuan. Amin.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura