Puisi Matroni Musèrang di Koran Kota Kendari

Halaman Sastra Harian Berita Kota Kendari, Sabtu 24 Mei 2014

Pintu 12

Dari sunyi jiwa gelombang lahir
menaburkan cipratan air yang disemburkan angin pada langit
bumi menengadah meminum lewat akar-akar waktu

Dari ribuan pohon di belakang dapur
melengkung menciptakan alur cerita rakyat
dan tafsir kesungguhan hidup

Diriku yang kian menjauh dari huruf hijaiyyah
dan setiap kelebatan-kelebatan hari yang meninggalkan kita
lengkung huruf itu masih saja mengakar dan menjalar ke permukaan
melewati likuan ladang yang terus terjuntai menemui cahaya

Pintu 13

Huruf semakin lebat dalam pikiran kita
merekam kelebatan yang tak tertulis dan tertulis
aku terjungkil dari beberapa kata dan kobaran rahasia
sebelum sampai di tepi beberapa haluan

Tiga titik di ubun-ubunmu bermakna perjalanan
menemui orang-orang mengaji
membaca kelebatan ranting, rindang, daun dan reroncean

Pintu 21

Perahu itu bermata dua
dia kembali melihat
membantu huruf Ta
mengurai tetes demi tetes samudera dalam tubuh

Dia baca dengan seksama
menggunakan mata dan mata batin
bahkan batin yang ada di setiap huruf-huruf
lantaran dia tahu
semesta ini berada di antara dua titik yang saling bertemu
satu matamu yang sayu
dua matamu yang sejuk 

Di balik kedua mata itu
tercantum rahasia huruf-huruf luka dan cinta
itulah mengapa gelombang dan perahu ada

2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura