Puisi Matroni Musèrang di Koran Kota Kendari
Pintu 12
Dari sunyi jiwa gelombang lahir
menaburkan cipratan air yang
disemburkan angin pada langit
bumi menengadah meminum lewat
akar-akar waktu
Dari ribuan pohon di belakang
dapur
melengkung menciptakan alur
cerita rakyat
dan tafsir kesungguhan hidup
Diriku yang kian menjauh dari
huruf hijaiyyah
dan setiap kelebatan-kelebatan
hari yang meninggalkan kita
lengkung huruf itu masih saja
mengakar dan menjalar ke permukaan
melewati likuan ladang yang terus
terjuntai menemui cahaya
Pintu 13
Huruf semakin lebat dalam pikiran
kita
merekam kelebatan yang tak
tertulis dan tertulis
aku terjungkil dari beberapa kata
dan kobaran rahasia
sebelum sampai di tepi beberapa
haluan
Tiga titik di ubun-ubunmu
bermakna perjalanan
menemui orang-orang mengaji
membaca kelebatan ranting,
rindang, daun dan reroncean
Pintu 21
Perahu itu bermata dua
dia kembali melihat
membantu huruf Ta
mengurai tetes demi tetes
samudera dalam tubuh
Dia baca dengan seksama
menggunakan mata dan mata batin
bahkan batin yang ada di setiap
huruf-huruf
lantaran dia tahu
semesta ini berada di antara dua
titik yang saling bertemu
satu matamu yang sayu
dua matamu yang sejuk
Di balik kedua mata itu
tercantum rahasia huruf-huruf
luka dan cinta
itulah mengapa gelombang dan
perahu ada
2013
Komentar