Pancasila Sudah Mati


Oleh:Matroni Musèrang

Untuk apa kita memperingati hari pancasila? Apakah kita paham apa makna pancasila bagi bangsa dan rakyat? Apakah pancasila sekarang masih diperlukan?   
1 Juni dijadikan sebagai lahirnya Pancasila, dan sejak lahir Indonesia selalu memperingati hari kelahiran Pancasila yang sejak itu dijadikan dasar dan ideologi negara Indonesia sampai sekarang. Maka penting kemudian peringatan Hari Pancasila yang ke-69 ini untuk mencari makna substansial dari Pancasila. Dengan lirik puisi yang sangat filosofis “Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, bangsaku rakyatku semuanya, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”. Puisi ini mengajak para pemimpin dan rakyatnya untuk terus berubah dan berkembang. Yang harus berubah dan berkembang apa? Pertama tanah, negeri, bangsa, dan rakyatlah, kedua mental pemimpin dan rakyatlah yang harus berubah dan berkembang.
Kalau enam ikon (tanah, negeri, bangsa, rakyat, jiwa, badan) tidak memiliki makna filosofis dan makna substansial, maka wajar kalau pemimpin bangsa ini lebih mengedepankan bentuknya saja, dari luarnya saja. Sehingga pancasila tak memiliki pengaruh apa-apa terhadap jiwa pemimpin.
Ketika pemimpin sudah tidak lagi memiliki visi dan misi untuk menghidupkan pancasila dan tidak mamiliki semangat untuk membangun, maka wajar jika Pancasila sudah mati ditangan para elit politik. Salah satu bukti nyata bahwa pancasila sudah mati adalah banyak para elit politik yang masih tak sadar bahwa korupsi itu merugikan rakyat. Korupsi memalukan bangsa sendiri. Punya ambisi kekuasaan yang tak merakyat. Apalagi di tambah dengan memfitnah calon presiden. Dimanakah pancasila hidup?
Padahal pancasila mengajarkan politik yang etis, pemikiran yang etis, carakerja yang etis, kampanye yang etis, tidak boleh saling singgung, tidak boleh saling sikat, tidak boleh saling menuduh, tapi kenyataannya mereka saling sikat, saling tengkar, mencari pengacara yang bisa di beli untuk memenangkan, sehingga moral pun mati, jiwa pun mati, pemikiran yang cerdas pun mati, yang ada “kamu harus kalah”.
Akhirnya peringatan hari Pancasila hanya dijadikan ritual an sich yang tidak ada pengaruh apa pun dari peringatan pancasila. Karena setelah melakukan peringatan Pancasila para elit pengguasa tetap beralih pada ambisi uang dan membuat program untuk menurunkan uang.
Padahal para elit politik orang-orang “cerdas” ahli hokum, memiliki agama, punya dasar dan ideologi pancasila, tapi mengapa para elitnya masih doyan/suka korupsi, egois, mementingkan partainya sendiri, sampai rakyatnya pun dikorbankan, bahkan kekayaan bumi, laut Indonesia dibiarkan dijual ke asing tanpa mempertingkan bagaimana rakyat. Bagaimana nasib bumi, bagaimana nasib alam.
Dimanakah pancasila wahai para elit politik?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura