Wanita yang Kalah
Oleh: Matroni Muserang*
Di dunia wanita selalu menjadi perbincangan yang hangat, entah karena
wanita memang hangat atau ada faktor lain. Saya tidak tahu, tapi dalam tulisan
ini saya ingin mendeskripsikan wanita yang sering kali kalah, wanita yang kalah
dengan rayuan dan kata-kata, wanita yang kalah dengan gombalisasi. Karena apa
wanita menjadi kalah? Apakah wanita lembut atau karena wanita lebih
mementingkan fisik daripada metafisik? Lebih mementingkan materi daripada
immateri? Saya tidak tahu, tapi dalam tulisan ini saya ingin mencoba menulis
apa yang ada dalam pikiran saya, selama saya membaca tafsir tentang wanita,
gender dan wacana femenisme. Jadi tulisan ini hanya refleksi saya ketika
gelisah dengan wanita yang seringkali kalah.
Ketika saya membaca wanita, pikiran saya langsung tercorong pada dua aspek,
wanita sebagai insan al-karomah, dan wanita yang rohman dan rohim.
Sebagai insan karomah, wanita diciptakan untuk menjadi pemimpin, pemikir,
pendidik, pemersatu dan pengantar. Tapi hal ini jarang kita “temui” di
percaturan sejarah dunia, entah karena sejarah berpihak pada laki-laki atau
memang wanita tidak menuntut ketika sejarah tidak mencatat wanita sebagai sosok
yang memiliki kemampuan. Atau memang laki-laki egois sehingga wanita di
klaim sebagai wanita yang lemah? Padahal kalau berbicara lemah, laki-laki juga
lemah. Setiap ciptaan pasti memiliki kelemahan, tapi mengapa kelemahan ini
selalu diarahkan pada wanita? Dalam hal ini sejarah harus mampu menjawabnya.
Tapi sejarah masih “miskin” dari catatan wanita yang memiliki kekuatan,
bukan saya menafikan Rabi’ah, Siti Khatijah, Cut Nyak Din, dan tokoh wanita
yang lain, akan tetapi hari ini dan generasi hari ini wanita sudah masuk pada
perangkap melankolia pragmatis, melankolia hedonistik, dan melankolia
materialistik yang dijual barat kepada kita, anehnya kita mengamini hal itu. Hal
ini jelas bahwa pikiran dan kecerdasan wanita tidak sepenuhnya dipakai untuk
membaca jualan orang-orang barat. Lalu dimanakah pikiran wanita padahal al-qur’an
mencatat kata akal kalau tidak salah 853 kata akal, tapi ini belum ada pada
diri wanita hari ini.
Lalu insan al-karomah belum berhasil di baca oleh para wanita hari ini. lalu
pertanyaannya apa yang dikerjakan wanita hari ini? saya tidak akan menjawab hal
ini, karena saya bukan wanita, kalau pun di jawab hal ini akan membuat wanita
marah dan emosi. Sehingga banyak wanita yang mencari pelarian seperti menjadi femenis
ekstrim, benci laki-laki, benci tatakrama sosial, tatakrama agama. Inilah yang
membuat insan karomah lari dari diri sang wanita. Ini ada kaitannya dengan
rohman dan rohim.
Padahal wanita tempat rohman dan rohimnya Tuhan, tapi mengapa sifat ini
belum juga di baca secara kritis dan cerdas oleh wanita hari ini? maha kasih
dan maha saya sebenarnya berada dalam diri wanita. Lalu wanita apa dan wanita
seperti apa yang ditumbuhi bunga rohman dan bunga rohim? Mari kita sharing
belajar bersama pada pengalaman dan pembacaan kita, itupun bagi kita yang mau
membaca.
Sepintas itu memang kesalahan wanita, tapi akankah kesalahan wanita di
bebankan kepada wanita, padahal wanita bersikap dan bersifat seperti itu kadang
dipengaruhi oleh laki-laki. Jadi siapa sebenarnya yang belum membaca? Dan mengapa
al-insan karomah dan rohman rohim belum ada dalam diri wanita? Kalau kita mau
menjawab secara utuh tentu itu kesalahan laki-laki dan wanita. Sebagai wanita
yang mengerti (bagi yang mengerti) pasti akan memberi tahu kepada wanita bahwa
wanita adalah sosok yang kuat dan mampu dengan berbagai metodologi yang mulia
kita berikan kepada wanita, kenyataannya wanita hari ini justeru dijadikan
objek untuk dijajah dan dijadikan alat seksual belaka, bukan dijadikan teman
sharing keilmuan, sehingga tidak heran kalau wanita masih kalah.
Anehnya mengapa wanita mau? Lagi-lagi ini persoalan kesadaran dan
kecerdasan si wanita tersebut. Nah untuk menjadi wanita yang kritis dan cerdas
tentu harus MEMBACA kata al-qur’an. Apakah hari ini wanita sudah belajar
menciptakan tradisi membaca? Ini persoalannya yang harus kita pecahkan bersama.
Komentar