Wanita: Sebagai Makhluk dan Sumber Kreativitas

Oleh: Matroni Muserang*

Menyebut wanita tentu yang terbayang dalam otak kita adalah sosok yang lembut, halus, penyayang, pemberi, penyantun, sopan, dan sikap lembuat lainnya. Di balik itu semua sebenarnya ada apa? Apakah Tuhan menyiptakan wanita tanpa ada pikiran? Langsung jadi wanita yang kita sekarang ini? Atau ada faktor lain yang membuat wanita harus dilahirkan dan diciptakan Tuhah.
Banyak profesi gagal karena wanita. Banyak pemimpin bangsa hancur karena wanita. Dan juga ada banyak pemimpin besar sukses karena wanita. Ada laki-laki sukses karena wanita. Bangsa makmur karena wanita. Lagi-lagi wanita menjadi tanda tanya besar dalam wacana pengetahuan dan agama.
Wanita sebagai makhluk sama dengan laki-laki, yang memiliki mata, hidung, bibir, pipi, gigi, tangan, rambut, alat kelamin, perut, dan lain sebagainya, tapi kepunyaan wanita tidak sama dengan laki-laki misalnya pipi wanita dan pipi laki-laki berbeda. Wanita sebagai makhluk inilah yang kadang berbahaya. Ia akan tampil seindah mungkin untuk memancing emosi laki-laki.
Wanita sebagai sumber kreavitas dia akan menjadi perantara paling dahsyat untuk menghasilkan karya yang memuaskan dan dahsyat, bahkan wanita sebagai sumber kreativitas akan mengantar kita secepat kilat untuk sampai pada Tuhan. Tapi sekarang wanita tampil sebagai makhluk. Wanita sebagai sumber kreativitas jarang kita temukan walau pun itu ada, tapi minim.
Akan tetapi, wanita sebagai makhluk dan wanita sebagai sumber kretivitas dua-duanya kadang harus berjalan beriringan, kadang hanya satu yang dibutuhkan, baik sebagai makhluk maupun sebagai sumber kreativitas. Lalu ini semua tergantung pada pilihan jiwa kita. Apakah jiwa kita cendrung emosi atau jiwa kita cendrung sebagai kesadaran.

Dalam hal ini, wanita menjadi objek kajian dalam menyelesaikan kegelisahan diri yang tak kunjung selesai. Akan tetapi kalau kita mampu mengolah emosi wanita sebagai proses eksistensi diri menuju yang satu. Selamat berjalan ke dalam rumah wanita yang penuh warna. Semoga kita semua berhasil membaca dan memahami keberagaman warna itu.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura