Menyelami Lautan Hikmah

                   Judul Buku     : Ziarah Agung, Kisah-kisah di Balik Perjalanan Ibadah Haji dan Operasi Tumor Usus Besar
Penulis            : Nisful Laila Iskamil
Penerbit         : Asy Syifa Press
Cetakan          : Pertama, Februari 2013
Tebal              : xi+206 halaman, 14 x 21 cm
ISBN                : 978-602-18231-5-6
Peresensi       : Matroni Muserang*

Barang siapa yang hari sekarang lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dia merugi, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia laknat (hadist)
Hadist di atas merupakan spirit bagi siapa saja agar tetap tegar manakala menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dan terus berupaya intropeksi, meningkatkan kualitas iman, ibadah, lebih-lebih dalam menjali perintah Ilahi, sehingga apa yang kita lakukan tak berlalu dengan sia-sia, menunaikan Ibadah Haji, misalnya.
Sebagai termaktub dalam buku Ziarah Agung,  Kisah-kisah di Balik Perjalanan Ibadah Haji dan Operasi Tumor Usus Besar, karya Nisful Laila Iskamil. Dalam buku ini ada banyak rahasia yang belum terkuak mengapa kita pergi haji, salah satu alasannya adalah karena kewajiban, tapi mengapa pergi haji sampai di wajibkan oleh Tuhan? Ini salah pertayaan yang mungkin sampai detik ini belum terkuak. Sebagai hamba yang memiliki tanggungjawab dan kewajiban kepada Tuhan, maka kewajiban itu harus dilakukan bagi orang yang mampu.
Karena tugas hamba hanya melakukan apa yang sudah diwajibkan oleh Tuhan dan menjauhi apa yang sudah di larang oleh Tuhan. Salah satu dari sekian banyak tugas seorang hamba bukanlah selalu mengeluh dan menuntut kepada Tuhan, bila suatu waktu di uji dengan cobaan-cobaan berat, sakit, rugi, tidak seharusnya seorang hamba mengeluh dan marah kepada Tuhan, akan tetapi yang harus kita lakukan adalah terus-menerus bertanya, mawas diri, melakukan dialog atau komunikasi lewat jalan jiwa sehingga pada akhirnya kita benar-benar menemukan rahasia Tuhan.
Jalan jiwa dalam hal ini jalan di mana kita selalu ingat kepada Tuhan, menyucikan diri, selalu berusaha untuk mendekat kepada Tuhan, sehingga apa yang terjadi kepada kita tidak lagi menjadi sesuatu yang memberatkan, akan tetapi merupakan sesuatu yang harus di syukuri, karena dibalik cobaan pasti ada hikmah yang tersembunyi.  
Hikmah yang selalu ada dimana-mana, termasuk dengan pergi haji untuk melakukan kewajiban dan mendekat kepada Tuhan, tapi pergi haji akan sia-sia ketika diri kita tidak ikhlas dan tidak mengedepankan Tuhan. Ada orang pergi haji hanya karena status sosial, gengsi sosial, maka hajinya akan sia-sia, karena pergi haji bukan karena Tuhan, tapi karena hal-hal yang sifatnya material, misalnya agar di pandang “suci”, agar menjadi terpandang di tengah masyarakatnya.
Lalu bagaimana agar pergi haji tidak sia-sia? Bagaimana menjadi haji yang mabrur? Untuk menemukan jawaban itu, buku yang di tulis oleh Nisful Laila Iskamil memberikan wawasan baru dalam memberikan jawaban persoalan-persoalan tersebut.
***
Buku ini sebenarnya catatan Nisful Laila Iskamil sendiri dalam menghadapi cobaan dalam menjalani haji bahkan sebelum pergi haji. Ada teori yang menarik dalam melihat pengalaman Nisful Laila Iskamil, apa yang dilakukan sebelum pergi haji, pergi haji dan pasca pergi haji. Dan Nisful Laila Iskamil mengalami tiga hal itu dengan penuh cobaan, uniknya Nisful Laila Iskamil memiliki kesabaran dan pemikiran yang utuh dalam melihat cobaan itu.
Bermodal sabar, mawas diri, dialog dengan diri merupakan lahan yang baik dalam menyikapi cobaan yang diberikan Tuhan kepada hambanya, tentu tidak melanggar apa yang telah digariskan Tuhan. Bagaimana seorang Nisful Laila Iskamil yang dicoba dengan penyakit kanker, tapi dengan penyakit itu, Nisful Laila Iskamil tidak putus asa untuk mencari obat dan usaha dengan tidak melupakan minta pertolongan Tuhan.
Nisful Laila Iskamil yang memiliki sifat sabar, nrimo, jembar, dan selalu bersyukur betapa kita masih diberi kesempatan untuk sembuh dari penyakit yang kita derita, biarpun batin kit berkecamuk dalam menyikapi sakit dan penyakit yang kita derita (hlm, 74). Karena bagi Nisful Laila Iskamil belajar untuk menerima kepada ketetepan yang diberikan Tuhan adakag sifat yang mulia, jiwa yang luhur, dab akhlak yang terpuji. Kita dituntut untuk selalu yakin bahwa diri kita masih berguna dan bermanfaat bagi keluarga dan orang lain, sehingga ada kekuatan dari dalam yang akan mendukung percepatan kesembuhan kita.
Buku ini bisa dikata sangat kontekstual dalam menjawab kegelisahan masyarakat saat ini. Di tengah musibah yang melanda dirinya dan keluarganya, maka dengan membaca buku ini kita akan menemukan hikmah dibalik semua persoalan, jalan keluar agar kita tidak terkungkung oleh kegelisahan dan penyakit yang menimpa. Karena masih ada mutiara yang tersimpan oleh Tuhan, di balik musibah yang melanda kita. Dan tugas kita adalah menemukan mutiara itu, tentunya dengan cara apa yang ditawarkan oleh penulis buku ini yaitu sabar, dialog, mawas diri, bertanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani