Menguak Calak Edu Pendidikan di Indonesia
Judul Buku : Calak Edu 1,
Esai-Esai Pendidikan 2008-2012
Penulis :
Ahmad Baedowi
Penerbit :
Pustaka Alvabet, Jakarta
Cetakan :
Pertama, Mei,
2012
Tebal : 260 Halaman
Peresensi : Matroni Muserang*
Tidak
asing lagi bagi kita, ketika membaca pendidikan di Indonesia, akan selalu terdengar
“bermasalah” dan penuh persoalan yang tidak menemukan ujungnya.
Persoalan-persoalan ini sudah saatnya untuk menemukan penyelesaian secara
mendasar, dan perenungan panjang, agar persoalan-persoalan ini tidak larut
dalam kelenaan dan tidur panjang yang berlebihan.
Dalam
buku ini Ahmad Baedowi memulai tulisannya dengan sebuah pertanyaan mendasar
yang sangat filosofis saya kira yaitu seberapa besar peran dan pengaruh sekolah
dalam menumbuhkan mentalitas “jiwa besar” pada anak-anak? Proses pembelajaran
apa yang dapat dijadikan acuan untuk merangsang siswa agar memiliki sikap hormat
dan jiwa besar dalam menerima setiap keadaan? hlm 3.
Pertanyaan
yang sungguh mendasar ini penting di jawab oleh kita dan para pakar pendidikan
untuk masa depan pendidikan. Bagaimana pun pendidikan merupakan jalan untuk
membentuk mentalitas anak dalam menghadapi keadaan. Pendidikan-lah yang
bertanggungjawab atas bangunan mental anak-anak menjadi masyarakat yang kuat
sehingga terbentuklah bangsa yang kuat.
Penyelesaian
itu harus melibatkan banyak pihak, tidak hanya pemerintah, akan tetapi para
praktisi pendidikan, pemikiran pendidikan dan masyarakat secara umum, agar
menanamkan pendidikan yang lebih mengarah pada nilai esensial atau nilai
substansial daripada nilai-nilai yang bisa di beli dari guru. Inilah salah satu
cita-cita Ahmad Baedowi dalam memberikan penyadaran kepada kita, agar
pendidikan tidak hanya berkutat di ranah pragmatis-materialis. Sehingga tidak
terlihat lagi persoalan-persoalan buruknya perencanaan dan implementasi
kebijakan kurikulum, fasilitas pendidikan yang kurang memadai, hingga kontroversi
dan kisruh Ujian Nasional (UN) yang banyak menyita perhatian rakyat.
Walau
pun pada akhirnya anggaran pendidikan naik menjadi 20%, akan tetapi kalau masih
belum ada kesadaran dari pengelolah pendidikan, justeru akan semakin banyak
uang yang dikorupsi. Kenapa? Ketika anggaran naik, sementara instansi sekolah
belum siap untuk mengelolah anggaran tersebut, maka ada kemungkinan anggaran
itu sia-sia. Maka saya sepakat seperti yang di cita-citakan Ahmad Baedowi ketika
menggambarkan sistem pendidikan yang “amburadul” justeru hal itu dijadikan
pijakan dan titik tolak untuk menganalisis dan selanjutnya menawarkan solusi
alternatif guna perbaikan dunia pendidikan ke depan.
Jarang
kita menemukan tulisan yang merefleksikan isu-isu aktual tentang pendidikan,
walau pun banyak para penulis pendidikan, seperti filsafat pendidikan, refleksi
pendidikan, pendidikan profetik, opini tentang pendidikan, akan tetapi tulisan-tulisan
itu “mungkin” kurang cocok ketika dikontekstualisasikan di ranah pendidikan Indonesia
sekarang ini dan ketika dihadapkan dengan pendidikan yang jauh dari apa
diinginkan masyarakat umum.
Dalam
buku ini yang di tulis oleh Ahmad Baedowi memang luar biasa dalam menganalisis
dan merefleksikan data-data pendidikan yang terjadi di sekolah dan perguruan
tinggi. Ahmad Baedowi benar-benar berhasil menggambarkan kondisi aktual dalam
dunia pendidikan. Banyak kritik diluahkan, akan tetapi banyak bertebaran aliran
solusi yang ditawarkan.
Dengan
cakrawala yang cukup luas sehingga analisisnya jernih, tajam dan
pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam buku ini penting untuk dijadikan bahan
alternatif dalam memecahkan kompleksitas dunia pendidikan di Indonesia yang
lebih baik di masa depan. Walau pun zaman terus berlanjut dan dunia pendidikan
terus berkembang, setidaknya sumbangsih pemikiran dari buku ini cukup mampu memberikan
pencerahan yang signifikan.
Komentar