Tarian Airmata Gay
Judul
Buku Judul Buku : The Sweet Sins, di Balik Pelukan Terhangatnya
Penulis :
Rangga Wirianto Putra
Penerbit : Diva
Press, JOgja
Cetakan : Oktober,
2012
Tebal : 425 halaman
Peresensi : Matroni Muserang*
Novel ini
kalau di telaah dari tema, mungkin sudah usang dan isu tak menarik untuk
didiskusikan, akan tetapi setelah beberapa tahun ini isu “Gay” mengalami
purnama, maka dengan hadirnya novel ini isu-isu Gay menjadi sangat menarik
untuk dibaca dan dikritisi. Karena Gay merupakan kenyataan yang benar-benar
terjadi.
Hadirnya novel
yang di tulis oleh Rangga Wirianto Putra sebagai lulusan psikologi ingin
memberikan perspektif lain tentang Gay yang selama ini terjadi. Dan ternyata
setelah saya baca novel ini benar-benar menarik dengan bahasa yang angkap
dengan keseharian kita, juga di ceritakan bagaimana cara mencitai dan dicintai
oleh Gay dan di cintai laki-laki dan wanita.
Menariknya
lagi Rangga Wirianto Putra memberikan kata-kata indah atau mutiara indah yang
ketika dibaca akan membuat pasangan kita gemeter dan akhirnya terjatuh dalam
pelukan terhangatnya. Apalagi kalau kita tahu bagaimana tokoh Ardo dan Rei dua
laki-laki yang sama-sama mencintai.
Salah satu dialognya
“jangan tinggalkan aku....” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, masid
dengan airmata yang mengalir di pipiku.
“Aku tidak
akan meninggalkanmu, Rei. Karena aku sayang kamu.....” ia memelukku dari
belakang. Mencium pundakku. Menggenggam jemariku. Merenguhku.
Kali in i,
perasaan takutkuh mendadak hilang. Yang ada hanyalah perasaan senang yang tak
terkira. Lalu, ia menghapus airmata yang mengalir di pipiku dan kembali
memelukku, erat....
“Aku juga
sayang kamu....” lalu, ia mencium keningku, “Tuhan, semoga ini bukan mimpi”
Itu salah satu
dialog mesra di halaman 115, betapa mereka benar-benar saling mencintai. Itulah
keindahan yang mereka rasakan. Kadang, keindahan adalah bukan untuk
dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati (hlm, 231).
Lalu, aku pun berdiri
sejajar dengan Ardo. Pelan-pelan, aku meraih tangannya dan aku arahkan ke
simpul handukku. Kubiarkan ia mengikuti nalurinya. Diam-diam, tangannya membuka
dan melemparkan handukku ke lantai.
“Aku ingin
menyerap aroma tubuhmu sebelum kita mandi. Bolehku?” aku bertanya.
“.......” Ardo
diam. Bagiku, itu tandanya boleh.
Aku mulai
mendekatkan tubuhku ke tubuhnya.
Tubuhmu adalah tubuhku. Aku milikmu. Kamu
milikku.
“Kamu lagi
pingen ya, sayang?”
“Aku bergairah”,
kataku langsung.
Ardo langsung
menancapkan bibirnya di bibirku. Tidak ada apa-apa selain itu. Yang ada hanya
sepasang lidah dua anak manusia yang saling terkait. Yang sama-sama dewasa.
Yang sama-sama mencintai. Dan kebetulan. Sama-sama lelaki. Bahkan, dinginya
udaha yang menerpa kulit kami tidak berarti apa-apa karena tubuh kami saling
menguatkan. Ya. Cinta itu menguatkan. Dan kami melakukannya.
Itu salah
bukti nyata dan hal litu benar-benar terjadi di dunia Gay. Ini salah realitas
sosial. Dan Rangga dengan detiel dan benar-benar utuh mengekspresikan dalam
novel ini. Nah, untuk mengetahui sesuatu yang tentang dunia Gay, alangkah
baiknya kalau kita mencoba membaca buku ini.
*Penikmat buku
Komentar