Teologi Sampah




Oleh: Matroni Muserang*

Annadhafatu minal iman
Hadist di atas semua umat islam, mungkin tahu dan mengerti makna hadist tersebut. Bahkan dengan tidak paham satu hadist ini dunia akan hancur, banjir pasti akan terjadi dimana-mana, hanya saja tidak pernah menghiraukan satu hadist ini. Lantas bagaimana kalau sekian banyak hadist yang ada, sementara jarang orang mengamalkan? Maka tidak heran kalau banyak orang islam yang masih jauh dari akalnya sendiri, jauh dari jiwanya sendiri. Jauh dari hatinya sendiri.
Setiap pagi orang bangun tidur, dan di halaman rumah atau di kamarnya yang kotor, bagi yang memiliki kepekaan, maka dengan sendirinya dia akan tidak nyaman dengan keadaan itu, tapi kalau keadaan dirinya dengan keadaan sampah yang ada, maka sampah itu akan dibiarkan sendiri, tanpa di sapu. Mengapa orang tersebut tidak memiliki kepekaan.
Sebab kalau orang memiliki kepekaan yang tajam, maka melihat sampah, dia tidak akan nyaman berada di dalamnya. Karena hubungan yang erat antara sampah dan diri itu sendiri. Maka tidak heran kalau kalau lingkungan bersih, semuanya menjadi bersih. Karena hadist itu, ada tidak hanya mengandung makna “kebersihan bagian dari iman” akan tetapi mengandung makna yang sangat dalam.
Sampah sebenarnya kan kotoran yang ketika di lihat tidak nyaman di mata. Maka ketika iman yang kita bersih, melihat sampah pasti akan dibersihkan, kenapa kerena sudah jelas bahwa kebersihan bagian dari iman. Iman dan kebersihan bagian hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan bahasa lain. Bersih identik dengan iman. Dan iman identik dengan kebersihan. Walau pun dalam kontkes sufi kebersihan tidak hanya bisa di lihat dari kulit luarnya saja.
Akan tetepi, ketika kita melihat sampah di depan mata. Di dalam rumah. Di halaman, bagi yang memiliki iman dan kepekaan yang baik, maka orang tersebut pasti menyapunya. Jadi bisa dikata bahwa tukang sampah lebih mulia dari PNS, lebih mulia dari DPR, MPR, Menteri, Guberbur, dan lebih mulia dari Presiden. Hanya dengan melaksanakan satu hadist nabi manusia menjadi mulia. Betapa luar biasa dan agungnya sebuah hadist nabi.
Kepekaan, kebersihan, keimanan merupakan sebuah keniscayaan bagi orang-orang yang beriman dengan lingkungan. Walau pun ini tidak bisa dijadikan ukuran bagi keimanan seseorang, akan tetapi dengan merujuk pada teks di atas, jelas kebersihan bagian dari keimanan seseorang. Kebersihan menjadi hal yang penting dalam sebuah negara, bangsa. Maka tidak heran jika bangsa dan negara bersih bisa dikata masyarakatnya akan makmur. Bersih dari pencuri, bersih dari judi, bersih dari politik picik, bersih dari orang-orang yang tidak bermoral. Bersih dari narkoba. Bersih dari seks bebas. Dan bersih dari kepicikan-kepicikan manusia.
Walau pun kita akan paham kebersihan ketika melihat sampah. Akan tetapi, akankah kita akan berlama-lama hidup dalam dunia penuh sampah?

*Penyair

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura