Ketegangan Pemikiran dan Spiritualitas
Oleh: Matroni el-Moezany*
Ketegangan pemikiran dan jiwa menjadi momok yang
mengenaskan dalam masyarakat kita. Masyarakat kita masih memperaktekkan
pemikiran modern, sementara pemikiran modern sudah lama di tinggalkan. Para
astronom dan fisikawan sudah meninggalkan pemikiran para nenek moyangnya,
Newton, Repleace dan yang seangkatan dengan mereka yang dulu menjadi nabi dalam
perkembangan sain modern kini beralih pada sesuatu yang gaib (metafisika).
Ini sungguh mengenaskan, dalam kehidupan kita
sehari-hari masih mengomsumsi produk modernitas yang sebenarnya sudah jadul. Hal
ini pernah di tulis oleh Mulyadi Kartanegara dalam bukunya “Mengislamkan
Nalar”. Sangat lucu kemudian ketika saya melihat anak-anak dan mahasiswa yang
masih mempraktekkan modernitas. Padahal sekarang sudah komtemporer yang semuanya
serba komparasi.
Ketegangan ini muncul sejak pertama kali ada bapak
modern (Descartes) beberapa ribu tahun yang lalu. Para saintis abad 20 kini
terutama ketika munculnya teori relativitas Einstein dan Quantum Psysics
oleh Heisenberg dkk (baca,jawaban terhadap kritik, Mulyadi Kartanegara,hlm,50.2007).
betepa ketegangan atom, inti atom, orbit menjadi bahan gelora yang akhirnya
luluh di tangan para tokoh yang muncul kemudian. Jadi kita bagi kaum Islam
harus tampil sebagai jawaban terhadap para ilmuwan Barat untuk memberikan analisis
rasional-filosofis, agar tidak melulu tertinggal jauh dari wacana keilmuan
Tuhan yang selalu berkembang. Anehnya kita (kaum muda) masih tampil sebagai
orang modern. Hahaha.
*Penyair
Komentar