CELURIT CINTA



Darah yang terbuat dari besi mengucur api, asap mengepul menjadi darah, lalu membakar luka, meliuk menjelma bulan tanggal tujuh.  
Seringkali aku harus melawan mengucurkan isu langit yang meluka, dan kabar angin membuat Madura salah kaprah, tak henti-henti kerinduan masa lalu menjadi waktu.  
Cinta terpendam mati oleh gelombang sejarah, mulut-mulut berkeliaran memamerkan api, celurit yang terbang dari bibir-bibir sumbing tak bernyawa, dihidupkan barah marah yang kian nyeri.
Celurit cinta dicuri waktu, kelembutan dan keindahan kering dari kehijauan bunga-bunga, darah sejarah sering kau buang bak sampah berserakan, hingga harus kukeluarkan celurit untuk menebas leher semesta, agar kelenaan dalam tidur menjadi cinta.
Besi karat keluar dari tubuh, terbang melelahkan, hingga banyak manusia terkapar, tak bernyawa.    

Jogja, 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura