Dialog Malam

Oleh: Matroni el-Moezany*

Hari ke hari Maryam gelisah karena punya keinginan untuk berguru pada Habib, tetapi, itu hanya keinginan, sepertinya tidak mungkin, ragu, seorang Maryam yang penuh dosa dan kotoran, mau di terima oleh seorang Habib, yang dirinya sudah suci. Ternyata ketika Maryam bertanya pada ustadz, bahwa ternyata keraguan itu adalah penyakit dalam diri seseorang, kata ustadz, akhirnya Maryam pun sms ke Habib, jam lima pagi “Ass.. Ustadz Habib, saya Maryam muridnya Ustadz Sapujagat di Jogja, saya ingin di bimbing oleh Ustadz Habib”. Maryam pun tidur, dan mimpi atap rumahnya terbuka segi empat, dan dari lubang itu keluar kupu-kupu yang masuk ke tubuh Maryam. Setelah bangun tidur pagi jam tujuh, Maryam sms bertanya pada Ustadz Sapujagat, tentang mimpinya itu. Ustadza pun belum juga menjawab sampai Maryam menunggu dua hari belum juga ada jawaban atas mimpi itu. Dan Habib juga belum membalas sms Maryam.
Selama sehari, mulai pagi Maryam menunggu balasan dari Habib, ternyata baru di balas jam lima sore, “Tengah malam nanti” jawabnya. Maryam pun senang, karena seorang Habib mau menerima Maryam sebagai muridnya.
Senja pun menarik waktu menjadi malam, Maryam terngiang-ngiang dengan sms dari Habib, Maryam pun malam tidak tidur, menunggu Habis sms, setelah larut malam Maryam menunggu tiba-tiba ada pesan kalau masa aktif pulsa Habib sudah habis. Maryam pun sedih, sedih sekali, sehingga Maryam menuliskannya dalam bentuk puisinya “Sungguh sulit untuk sampai di Allah, jika kujatuh ke jurang tak sempurna, luka masih nyeri, dan waktu menjawab sabar. Sabar inilah yang akan mengantarkan engkau menemui kekasihmu di sini dan di sana”.
Sms Habib itu masih terngiang-ngiang, Maryam pun bertanya pada ustadz Sapujagat “Apakah nanti Habib akan menghubungi aku ya Tadz?” lihat aja nanti, katanya.
Sore-sore Maryam sudah terserang kantuk, akhirnya Maryam terlelap karena jam empat sore tadi maen bola. Jam satu malam, tiba-tiba Maryam bangun dari tidurnya, anehnya Maryam tidak merasa ngantuk, badan segar dan fresh. Dalam hatinya bertanya-tanya, lalu Maryam pun keluar kamar menuju kamar mandi berwuduk, karena perutnya merasa lapar, Maryam pun makan dengan lauk kecap. Sebelum makan selesai, tiba-tiba handphon berbunyi ada pesan singkat dari seorang habib.
“Ass…war…wab. Ayo, apa yang engkau gelisahkan” katanya
Maryam bingung bercampur gemeteran, karena seorang Habib mengirim pesan pada manusia penuh dosa seperti Maryam. Maryam berpikir sejenak, sambil memegang handphonnya, lalu Maryampun membalasnya.
“Wass…war…wab… saya punya niat, satu tahun lagi, saya ingin nikah, saya ingin damai, karena menurut saya, ketika saya nikah kehidupan saya akan damai, saya juga butuh uang yang melimpah ruah dan barokah untuk biaya nikah dan nafkah keluarga nantinya” balas Maryam.
Maryam diam, malam itu sunyi sekali, hanya bunyi detak jantung yang menunggu balasan dari seorang Habib, seorang kekasih Tuhan.
“Berwuduklah, menangis, kenali ibu bapakmu yang setiap saat datang padamu” balas Habib.
“Lalu, bagaimana cara mengenali ibu bapak saya, dan bagaimana cara agar saya bisa menangis?” tanya Maryam
“Akar yang kamu hadapi bukanlah kebohongan. Masak kalah sama murid penulismu. Dia sering berkomunikasi sama Gus Dur. Belajar menyimpan dosa membeli dengan airmata ibu. Jangan tanya arah kata ini, tapi hayati. Kalau mau belajar untuk kesungguhan. Ass. War. wab” balas Habib kedua kalinya
“Wass. War. War… ya ustadz Habih, terima kasih Habid, terima kasih”
Diam pun menyelimuti malam, Maryam masih saja belum paham apa yang makna dan maksud dari sma Habib tersebut. Tiba-tiba ada pesan terakhir Habib
“Jika kamu datang ke TUHAN. Maka kupu-kupu yang masuk kejiwamu akan hidup”.


*Penyair

Hp: 085233199668

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani