Merapi Indah Sekali
Merapi Indah Sekali
Cahaya matahari dengan tenang menciumi bibirnya
Pagi terbuka penuh kenangan, kau pun datang bertamu di kamar
Tak kutahu. Pagi itu memberi secercah cahaya
Hanya indahmu
Hanya ada wajahmu dan cahaya matahari
Bibirmu lembab, ciumanmu indah
Ciuman yang mencatat garis-garis matahari
Ciuman basah kuyup oleh cahaya. Jiwa basah
Basah oleh keindahan, bibir pun mengalir cahaya
Matanya bening menetes,
Dan langit biru berpuisi
Cahaya jatuh karena cinta menghijaukan ciuman-ciumanmu
Dan terus bercahaya. Bibirmu
Begitu indah. Dan cahaya tenang
Terus berjatuhan
Yogyakarta, 2011
KAYA
Sungguh kaya
Aku juga kaya akan karya
Kadang aku tak paham akan kekayaan
Seperti ketakmengertian aku dalam diriku
Tapi bila kekayaan dan kematian tak bisa dipisahkan
Dan yang indah tidak bisa aku nikmati
Melalui suramnya kehidupan
Aku tetap di suatu tempat mabuk panjang
Pingsang minum bir Tuhan
Badan bergetar, barangkali ini suapan awal
Dan jejak masa silam menghilang
Menjelma kekayaan alam
Sehingga tak ada yang menghilang dari jiwa
Sehingga indah bunga-bunga
Semesta lengkap sudah sejak semula
Dan cinta akan tetap bertahan sejernih dan sebening matamu
Saat mencintaiku di sini dalam waktu
Dan di tepi pribadiku
Membisik kembali bersama jiwa yang kini mulai berbunga
Yogyakarta, 2011
Ketika Kekinian Dan Masa Tak Bisa Dipisahkan
Yang terjadi perkembangan dan perubahan
kekinian dan masa saling membunuh
Sementara aku tetap menjalani cinta bersama jiwa
Kerakusan, Materi, Status adalah Tuhan
Di sembah, menjadi segala-galanya
Padahal ada yang tersembunyi di balik itu
Yaitu maha dari segala maha.
Yogyakarta, 2011
JEJAK
Jejakku kemaren
Berjalan lapar
Aku ingin punya cinta, tapi
Aku tak punya apa-apa
Terluka jiwa-jiwa
Sulit bagiku menata
Mengurai gelombang
Mencium kembang
Hidup tinggal jejak
Memberi makna pada kehidupan
Mengingatmu
Serpihan-serpihan jejak
Kadang harus kutunggu
Mengingatmu
Jalan sunyi tak terbatas
Mengelilingi
Malam mengingatkan aku pada bulan
Siang mengingatkan aku pada matahari
Kadang ia berlalu tanpamu
Kutuliskan ia jadi puisi agar engkau mengaji
Kuserap kesunyian menjadi cinta
Kucari dalam cinta menjadi kata
Yogyakarta, 2011
*Penyair kelahiran Banjar Barat. Kini tinggal di Yogyakarta. Menjadi koord IKA Al-In’Am Jogja.
Cahaya matahari dengan tenang menciumi bibirnya
Pagi terbuka penuh kenangan, kau pun datang bertamu di kamar
Tak kutahu. Pagi itu memberi secercah cahaya
Hanya indahmu
Hanya ada wajahmu dan cahaya matahari
Bibirmu lembab, ciumanmu indah
Ciuman yang mencatat garis-garis matahari
Ciuman basah kuyup oleh cahaya. Jiwa basah
Basah oleh keindahan, bibir pun mengalir cahaya
Matanya bening menetes,
Dan langit biru berpuisi
Cahaya jatuh karena cinta menghijaukan ciuman-ciumanmu
Dan terus bercahaya. Bibirmu
Begitu indah. Dan cahaya tenang
Terus berjatuhan
Yogyakarta, 2011
KAYA
Sungguh kaya
Aku juga kaya akan karya
Kadang aku tak paham akan kekayaan
Seperti ketakmengertian aku dalam diriku
Tapi bila kekayaan dan kematian tak bisa dipisahkan
Dan yang indah tidak bisa aku nikmati
Melalui suramnya kehidupan
Aku tetap di suatu tempat mabuk panjang
Pingsang minum bir Tuhan
Badan bergetar, barangkali ini suapan awal
Dan jejak masa silam menghilang
Menjelma kekayaan alam
Sehingga tak ada yang menghilang dari jiwa
Sehingga indah bunga-bunga
Semesta lengkap sudah sejak semula
Dan cinta akan tetap bertahan sejernih dan sebening matamu
Saat mencintaiku di sini dalam waktu
Dan di tepi pribadiku
Membisik kembali bersama jiwa yang kini mulai berbunga
Yogyakarta, 2011
Ketika Kekinian Dan Masa Tak Bisa Dipisahkan
Yang terjadi perkembangan dan perubahan
kekinian dan masa saling membunuh
Sementara aku tetap menjalani cinta bersama jiwa
Kerakusan, Materi, Status adalah Tuhan
Di sembah, menjadi segala-galanya
Padahal ada yang tersembunyi di balik itu
Yaitu maha dari segala maha.
Yogyakarta, 2011
JEJAK
Jejakku kemaren
Berjalan lapar
Aku ingin punya cinta, tapi
Aku tak punya apa-apa
Terluka jiwa-jiwa
Sulit bagiku menata
Mengurai gelombang
Mencium kembang
Hidup tinggal jejak
Memberi makna pada kehidupan
Mengingatmu
Serpihan-serpihan jejak
Kadang harus kutunggu
Mengingatmu
Jalan sunyi tak terbatas
Mengelilingi
Malam mengingatkan aku pada bulan
Siang mengingatkan aku pada matahari
Kadang ia berlalu tanpamu
Kutuliskan ia jadi puisi agar engkau mengaji
Kuserap kesunyian menjadi cinta
Kucari dalam cinta menjadi kata
Yogyakarta, 2011
*Penyair kelahiran Banjar Barat. Kini tinggal di Yogyakarta. Menjadi koord IKA Al-In’Am Jogja.
Komentar