Sajak-SAjak Kado Pernikahan Waris


Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany*

Selir Manja Di Leher Bambu

Rekan jejak beralas sandal
Sebiasa mungkin kau bersama

Haruf mushallah yang tertanam dalam, di dirimu
Biarkan ia bicara untuk kedua halinya
Sebagai serumpun bunga di wajah rembulan

Bibir mengalir sungai-sungai
Leher berkeringat adalah keberuntungan
Makanan adalah kehidupan
Rawatlah ia bersama-sama
Di ranjang kebersamaan

Kebersamaan adalah kata-kata
Ia bisa menjadi darah, duri, batas, dan api
Seringkali kau harus mampu menjadi air
Mengalir untuk memadamkan api
Membersihkan darah
Menghapus batas dan
Meranumkan duri

Hidup yang penuh lekuk
Kadang datang tiba-tiba
Menyelinap masuk di lubang paling terkecil
Di sela-sela kesibukanmu mengulah kebersamaan

Yogyakarta, 23 Februari 2011


Ciuman Pertama Sebelum Adamu

Seringkali kita lupa akan titik waktu
Yang menjadi inti dari kebersaman cinta
Surau manja dan romantika masa menjadi puncak
Padahal sebelum sampai di sana
Ada embun sejuk yang harus engkau sentuh
Agar kebersamaan menjadi ladang hidup sempurna
Di kini, dan nanti

Ubun-ubun cinta itulah surau paling indah
Sebelum engkau menuju teras rumah yang penuh bunga-bunga
Ubun-ubun adalah puncak spiritual cinta
Sentulah ia dengan bibir ikhlasmu

Yogyakarta, 25 Februari 2011


KEBERSAMAANMU

Seringkali engkau merasa benar
Padahal itulah kemenyatuan untuk saling mengisi
Dalam kisah cinta yang tak bertepi

Haluan memang harus ada, tapi
Kesejukan adalah jalan indah yang jarang engkau lewati. Mengapa?

Yogyakarta, 28 Februari 2011



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura