Sajak-SAjak: Matroni el-Moezany


Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany*

MENGURAIMU

Adalah sebuah tanya yang tak jelas
Harus di jawab apa, siapa, dan bagaimana
Selusin masa depan dan setetes resah
Adalah lukisan makna
Yang dicelupkan satu gelas air
jadilah ia percikan
Untuk semesta yang tak aku paham

Selir manja di leher bambu
Melingkari perjalanan
Perselisihan menjadi kehidupan

Lalu harus bersikap apa
Ketika menjadi yang lain?

19-23.11

MERINDUI

Banyak lekuk teriris tajam oleh jahatnya kuasa
Sementara kelaparan semakin ranum
Berbuah di pohon waktu

20-02-2011



Kutulis Sajak Rindu

Di lantai dua
Aku melihat ke utara
Terlihat gunung merapi berwajah hitam pekat

Aku menoleh ke selatan
Terlihat awan-awan kecil menciumi pepohonan

Di atas ubunku
Cakrawala terbentang mengitari semesta

Kutulis sajak rindu
Untuk bangsaku yang resah melawan masa
Sedangkan aku masih asyik menikmati kelaparan

24-02-2011

Kutulis Sajak Pinta

Seperempat malam
Aku duduk sendiri
Memikirkan aku yang sedang galau dengan diriku
Waktu yang terlewati
Masa baru yang kutempuh adalah lekuk
Untuk sampai di batas waktu

Dingin malam dan tetes hujan
Menemani jalan anganku

Di sana aku luahkan dataran rumput hijau di otakku
Permintaan-permintaan jiwa raga
Satu semut terus menghalauku
Ke tepian doa merayuku menuliskan sajak waktu

Aku terus memaksa meminta
Apa yang kumau, tapi sampai kapan kedekatan itu menjadi nyata
Apakah aku harus bertanya dan meminta
Walau hanya sampai di batas kemungkinan
Antara aku, doa dan semesta

Di lain waktu
Aku bertanya pada aku
Dia yang sedang resah dengan masa depanku
Dia tuturkan semua pintaku
Agar samudera berisi doa-doaku

Doaku gelombang
Doaku karang
Doaku luatan
Doaku tak terbahasakan
Doaku adalah diriku

25-02-2011

Bagaimana Engkau Bermain

Jika aku tak menulis
Menyumbangkan bahasa untuk bangsa
Ijinkan aku menekuk lutut raksasa
Sebagai tanda keberanian penyair mengurai kata

Sisa rasa yang telah lama aku pendam dalamdalam
Untuk meramu bagaimana engkau bermain otakmu
Kotor atau tidak,

Di atas kasur aku terus mengamati perjalanan detik jam kamar sunyiku
Kuciptakan filsafat mimpi, filsafat puisi dan filsafat kata-kata
Untuk menemukan makna dibalik semesta sunyiMu
Di sana aku sendiri membaca, menelusuri
Agar kebermaknaan terus terukir rapi
Dan manusia hidup damai berdampingan

Aku yang sudah lama bermimpi damai
Galau bangsa merayuku menciumi baunya

Berdiamlah aku
Hanya gerak otak dan tubuh terus berkecamuk
Tak kuat menahan emosi
Melihat permainan seni politik yang tak jelas

27-02-11






Hp; 085233199668

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura