Sebuah Perbatasan

Aku adalah sebuah perbatasan
Dari puisi-puisiku
dan aku menjadi titik pertemuan antara aku dan puisi

Di perbatasan itu
Aku tetap mencari
Walau godaan terus-menerus menghianati

Pelan-pelan perbatasan itu semakin jelas terlihat
Seakan menguraikan sendiri makna-makna hidup
Tapi itu jelas, bahwa itu adalah jawaban dari pertanyaanku

Hidup sebenarnya membutuhkan pelihat
Agar engkau menjadi pemula dalam menjalani
Kemampuan akal tak selamanya menjadi penentu waktu
Tapi, ketakmpuan diri menjadi haluan terpanjang dalam diri
Dan itu tak terbatas.

Tak usah engkau bertanya sesuatu di luar diri
Karena jawaban itu sudah menunggu dikedalaman gerak tubuhmu
Memang sulit untuk menjelaskan ini kepada kalian
Tunggulah dia pasti datang menjawab semua nyeri
Yang tersimpan dalam di benak ari-ari

Karena jawaban itu masih mengalir dalam tubuhmu
Mengikuti aliran darah dan denyut nyawa

Perbatasan demi perbatasan dia lewati
Hanya untuk menyampaikan jawaban itu untukmu
Maka,

Tunggulah, dia pasti datang

Yogyakarta, 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura