Kau Menangis Untukku

Adikku…

Dalam diam kudengar tangismu

Dan cela-cela aliran pipimu yang mulus penuh rasa

Masa depan menjadi terarah

Sejuk

Diamku menyimak doa-doamu

Renyuh jiwaku mendengar tangis ikhlasmu

Adikku, tak mungkinkah kebahagiaan untukmu?

Suatu hari sungai-sungai kecil mengalir di tubuhmu

Setelah kau usapkan dua tangan diwajahmu


Adikku…

Kau pandang wajahku yang penuh rasa

Bersuara samar dengan tatap sungguh

Mengapa harus engkau yang menangis

Membiarkan pagi tak gembira

Istirahatlah adikku

Esok kutahu, kau harus bangun dengan senyum makna

Dalam waktumu dan keberlanjutan damaimu


Jogja, 22 Februari, 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura