Hujan Rintik Di Senja Hari

Kusendiri di kamar sepi
Hanya rintik membias rindu
Kubaca “Sang Pemenang Berdiri Sendirian”
Terdengar suara burung yang jauh
Dari cela jendela yang mulai tadi terbuka

Lalu……
Kusebut nama Tuhan
Mengapa matahari yang muncul?
Kusebut nama matahari
Mengapa bulan yang muncul?
Kusebut nama bulan
Mengapa bintang yang terlihat?
Kusebut nama bintang
Mengapa awan tebal yang datang?
Kusebut nama awan
Mengapa hujan yang turun?
Kusebut nama hujan
Mengapa air yang datang?
Kusebut nama air
Mengapa banjir menghadang?
Kusebut nama banjir
Mengapa longsor yang terjadi?
Kusebut nama longsor
Mengapa penguasa tak peduli?
Kusebut nama penguasa
Mengapa tidak ada yang adil?

Ah, alangkah sepi semesta
Aku sendiri berdiri sendirian


Yogyakarta, Februari, 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura