Tak Ada Fatwa Haram di Dunia

Oleh: Matroni el-Moezany*

Kata sejak dulu hanya diperuntukkan pada orang yang melakukan sesuatu yang di larang Allah. Seperti meninggalkan shalat, tidak zakat, berzinah, tidak puasa, tidak shalat jum’at. Kalau ada ulama atau kiai yang menfatwakan rebonding itu haram, itu hukum dari mana yang mengharamkan? Apakah pernah Allah mengharamkan rebonding? Uang untuk rebonding pun tak mencuri. Prakteknya pun juga halal, jadi jelas bahwa di dunia tak fatwa haram kecuali yang di larang Allah tadi.
Kenyataannya, ada penguasa kita yang mencuri uang, itu tidak ada fatwa Haram, tak ada uang haram bagi penguasa. Lantas mengapa ulama itu mengharamkan. Rebonding di haramkan, tapi mencuri uang rakyat tidak haram, lantas hukum agama yang mana ketika di lontarkan kemudian tidak adil. Haramnya hanya untuk rakyat, tapi kalau untuk penguasa tidak haram. Hukum apa itu? Sepertinya ulama sudah tak memiliki apa-apa di mata umat. Dia hanya manusia yang belum mampu melihat realitas seutuhnya. Jadi jelas hukumnya saja sepihak, tak menyentuh keseluruhan umat di dunia, khususnya di Indonesia.
Allah tak menyeruh umatnya memelihara jenggot, Allah tak menyeruh umatnya memusuhi semua orang yang ada di dunia. Baik kulit hitam, putih, merah, kuning, hijau, pink, tapi itu semua harus di hormati kata Allah. Allah juga tak menyeruh umatnya berfatwa Haram jika kepentingannya sepihak. Seharusnya untuk mengeluarkan fatwa haram, ulama lihat dulu, apakah sesuatu etis dan sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist, kalau menggunakan keduanya, kalau tidak sesuati mengapa harus di fatwakan haram? Aneh, ulama yang katanya cerdas, dan alim, di zaman sekarang justru lebih bodoh dari anak SMP, atau MTS. Saya mengakui kalau saya memang bukan orang alim. Tapi setidaknya ulama memahami realitas umat saat ini. Lihatlah Qur’an untuk menjawab tantangan zaman, jangan di lihat secara tekstual saja, jadi tidak nyambung dengan keadaan umat saat ini.





*Penulis adalah manusia yang mencari kebodohan di atas dunia ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura