Puisi Sederhana
Kata yang sederhana akan paling bermakna
Ketika setiap sesuatu tersampai dengan lembut
Puisi ini berasal dari orang-orang sederhana
Selalu setia pada kesederhanaan
Menuju cakrawala sederhanaan tak terbatas
Luapan rasa yang tak bisa di bendung siapa pun
Menjadi huruf di ruang yang sangat sederhana
Di rak-rak yang belum terisi puisi-puisi dunia
Itulah luapan yang lahir dari kesederhanaan panjang
Di tengah kekayaan bunga-bunga tak bertepi
Siapa pun boleh “menjadi”, tapi
Kemenjadian selalu berada di lubuk terdalam
Berkelindan bersama orang-orang di luar diri
Menjadi rumusan kata-kata sebelum puisi
Kiranya cukup untuk membuktikan
Kemenjadian rasa yang tak terulang sejarah
Kini rasa benar-benar menjadi penguasa dunia
Di tangan para penyair
Rasa sesuatu yang sangat berharga
Dan inilah yang harus diperdebatkan dan diperjuangkan
Bukan politik, bukan demokrasi, bukan kapitalisme, bukan hedonisme, dan bukan globalisasi
Ketika rasa bermain di ruang kesederhanaan
Keseharian menjadi kemenyatuan rasa
terciptalah tradisi kesadaran
Yogyakarta, 2010
Ketika setiap sesuatu tersampai dengan lembut
Puisi ini berasal dari orang-orang sederhana
Selalu setia pada kesederhanaan
Menuju cakrawala sederhanaan tak terbatas
Luapan rasa yang tak bisa di bendung siapa pun
Menjadi huruf di ruang yang sangat sederhana
Di rak-rak yang belum terisi puisi-puisi dunia
Itulah luapan yang lahir dari kesederhanaan panjang
Di tengah kekayaan bunga-bunga tak bertepi
Siapa pun boleh “menjadi”, tapi
Kemenjadian selalu berada di lubuk terdalam
Berkelindan bersama orang-orang di luar diri
Menjadi rumusan kata-kata sebelum puisi
Kiranya cukup untuk membuktikan
Kemenjadian rasa yang tak terulang sejarah
Kini rasa benar-benar menjadi penguasa dunia
Di tangan para penyair
Rasa sesuatu yang sangat berharga
Dan inilah yang harus diperdebatkan dan diperjuangkan
Bukan politik, bukan demokrasi, bukan kapitalisme, bukan hedonisme, dan bukan globalisasi
Ketika rasa bermain di ruang kesederhanaan
Keseharian menjadi kemenyatuan rasa
terciptalah tradisi kesadaran
Yogyakarta, 2010
Komentar