Pohon dan Keseimbangan Alam

Oleh: Matroni el-Moezany*



Sejauh ini belum ada rakyat kita yang merayakan hari pohon pada 21 Novemver yang sebegitu besar seperti pesta politik, entah ini karena bentuk ketidakpedulian kita terhadap pohon yang ada. Lalu bagaimana dengan Indonesia sampai saat ini? Perkembangan bangsa begitu cepat. Pembangunan fisik dimana-mana. Kini tidak sulit melihat gedung meninggi, yang menjadi masalah adalah apakah pembangunan fisik itu memikirkan aspek lingkungannya? Salah satunya tetap mempertahankan pohon tumbuh, tapi itu juga yang membuat pohon rindang?

Memang, tidak semua pembangunan mengorbankan lingkungan. Di depan rumah-rumah misalnya kita masih melihat pohon-pohon dibiarkan tumbuh. Selain menambah estetika kota, pohon juga mengurangi polusi. Seperti para pelajar yang selalu menghabiskwan waktu di bawah pohon untuk berteduh sambil menunggu angkutan umum mereka setiap mereka pulan. Seandainya keindahan kota tetap mempertahankan aspek lingkungan, betapa sangat indahnya kota kita. Dengan membirkan hidup pohon-pohon hidup berdampingan dengan gedung-gedung bertingkat.

Walau pun ada Surat Edaran Menteri Negara BUMN No. SE-18/MBU/2008 sebagai tindaklanjut Keputusan Presiden No. 24 tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia, ini hanya dijadikan formalitas saja. Sehingga banyak masyarakat yang tidak peduli akan hari pohon ini. Orang-orang malas keluar ruangan kalau lagi siang karena panasnya tidak seperti biasa. cari-cari tahu ternyata akibatnya pemanasan global sudah semikian hebat. ada banyak polusi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor, hutan ditebangi, lapisan ozon menipis karena efek rumah kaca inilah adalah beberapa sebabdari pansanya suhu bumi.

Gerakan pengendalian dan kepedulian lingkungan memang sudah ada. seperti, menggunakan sepeda ke kantor, ke pasar atau mengurangi menggunakan kendaraan. mematikan AC saat tidak ada orang atau tidak digunakan juga salah satu bentuk kepeduliannya. Data yang dikutip dari palte en tempelmen berjudul Indonesia Keluaran 1978 menyebut, dari hasil foto-foto satelit, luas hutan di jawa pada waktu yang bersangkutan (termasuk hutan-hutan jati) hanya 12 persen dari seluruh pulau. Sebelum perang dunia kedua, luas hutan kurang lebih 30 persen. berarti eksploitasi hutan telah banyak mengikis keseimbangan ekologis pulau Jawa. Itu 30 tahun yang lalu, bagaimana sekarang? lebih dahysat kerusakan dan penciutannya?

Berkenaan dengan “hari pohon” rasanya ada satu langkah konkrit yang bisa dilakukan oleh setiap kita yaitu menanam pohon kalau tidak bisa menanam pohon merawatnya!. kalau tetap tidak bisa juga merawatnya jangan merusaknya. Barangkali hal-hal yang konkrit itu yang bisa kita lakukan, sehingga walau pun apa yang dilakukan hanya di ruang kecil merawat, menanam dan tidak merusak pohon jika semua orang melakukan itu pasti udara bumi panasnya berkurang.

Kalau kita merasa makin panas, mulai sekarang kita bisa mengurangi efek dari global warming dengan menanam pohon. Seperti yang dilakukan oleh Puteri Lingkungan Hidup (LH) 2003, Gracia Paramitha, untuk menyemarakkan Hari Pohon di Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya. Menjelang penanaman pohon, kami akan mengadakan Kampanye Lingkungan Hidup dengan pembagian stiker di beberapa jalan protokol pada akhir November 2007," kata Kepala Perpustakaan UKP Surabaya, Aditya Nugraha. Puteri Lingkungan Hidup 2003 tampil dalam refleksi LH 2007 yang dimeriahkan dengan pemutaran film An Inconvenient Truth dan lomba pidato LH antar SMU se-Surabaya pada 20 November. Selain itu, Puteri LH 2003 juga akan tampil pada talk show yang akan dihadiri Wakil Walikota Surabaya H Arif Affandy dan dosen UKP Surabaya, DR Ronny H Mustamu, pada 1 Desember. Itulah kepedulian kita terhadap pohon, tapi yang aneh sampai saat ini bumi semakin panas yang tidak bisa dikendalikan.

Kita tahu, dunia ini adalah seperti juga tubuh kita. Dia butuh dirawat, dijaga, dan dipelihara untuk menunjang kelestarian hidup. Alam, yang merupakan gabungan dari makhluk hidup dan benda mati adalah sebuah ekosistem yang saling berhubungan dan bergantungan. Keseimbangan ekosistem ini akan terganggu dan selanjutnya akan ada pihak yang dirugikan jika kita semua terutama manusia, tidak bisa mengendalikan diri dalam mengeksploitasi alam untuk kepentingannya.

Kita memang adalah makhluk yang paling sempurna di dunia ini. Namun dengan kelebihan kita ini marilah kita senantiasa memanfaatkannya untuk kebaikan dan kelangsungan hidup alam semesta dimasa yang akan datang. Kita harus selalu memandang alam sebagai sahabat kita. Alam memiliki potensi untuk kita manfaatkan demi kesejahteraan semua, namun alam juga memiliki batas toleransi yang harus kita ketahui dan harus diperhatikan dalam setiap pemanfaatanya.

Kita tidak boleh saling berpangkutangan apalagi saling menyalahkan terkait dengan berbagai bencana yang diakibatkan oleh alam. Kita dan alam adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan saling terkait terhadap semua aktifitas kehidupan. Ada akibat yang ditimbulkan oleh alam, pastilah ada sebab yang kita perbuat terhadap alam itu sendiri. Oleh karenanya kita harus senantiasa membuka diri dan terus memulai untuk aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian alam. Mulai dari diri sendiri dan juga mulai dari lingkup yang paling terkecil dalam lingkungan rumah kita. Tidak ada kata terlambat dan tidak sempat untuk pelestarian alam. Ayo kita selalu peduli terhadap alam dan mewariskannya kepada generasi muda yang akan datang.





* Budayawan, tinggal di Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura