Menyadari, tapi Terbelenggu

Ibu, anakmu kini
Duduk merenung sepanjang masa
Menyesali dosa harian yang belum terhapus waktu

Ibu, anakmu kini
Terbalut awan tebal berbalut hujan
Tak berdaya merangkai syair

Ibu, anakmu kini
Sudah tak sekuat kata-kata
Sekali berucap sungai-sungai mengalir di bibirmu
Tak ada bendungan menahanku
Tak ada jeda waktu untuk istirahat
Kecuali terhanyut oleh pesona awan hitam itu
Sampai sedalam-dalamnya

Apakah engkau ada ingin untuk mencari angin surga?
Tentunya begitulah inginku ketika waktu mengingatkan
Kini, hanya hati kecil yang mampu menembus rasa dalam kata
Sebagai bukti kalau aku benar-benar menyadari dalam diri
Tapi tidak dalam tindak,

Aku tak mengerti!
Mengapa mesti begitu?

Jogja, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura