Seperti Sebuah Ruang

Seperti sebuah ruang
Siang telah mati,
Engkau berharap semoga aku
Tidak ikut mati dalam eksistensi
Sehingga engkau harus menunggu esok untuk ada kembali

Aku tak mengerti apa maksud Tuhan
Menjadikan warna rembulan menjadi senja
Menjadikan diri seperti ini
Kadang aku tak sadar kalau diri ini adalah diriku sendiri
Entah karena aku terjebak oleh waktu kini
Atau karena matahari terlalu tua untuk memberi isyarat
Sehingga luka cela yang tak terbaca meleleh di padang ilahi

Semoga ini hanya menjadi waktu saja
Bukan saja, apa saja, tapi apa aja
Yang meletup gemerlap sinar dari bibir kantor lantai dua belas
Sebagai lelehan sungai mengalir dari bibirmu
Sinar tak langsung turun ke bumi, tapi
Lewat kemulusan tulus puisimu
Yang terjalin mesra di dinding kuasamu

Yang tergeletak marah di dinding kerismu
Mengusik ketinggian cakrawala
mengharap satu dari sekian huruf semesta
kini, sesekali engkau tak peduli api menjalar
walau aku peduli, engkau pasti membirkan
malam selalu menangis karena cela-cela
yang tak terselesaikan kata-kata

Yogyakarta, 28 Juli 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

SADAR, MENYADARI, KESADARAN

Matinya Pertanian di Negara Petani