Profil Waktu

Seperti sebuah tanya yang mungkin hadir bersama sungai dibibirmu,
Adakah dua batu yang saling menyapa dalam malam
Makanya sekarang aku mencari perempuan yang mengalir sungai-sungai di bibirnya sebab kegersangan masih menyelimuti ladangku
tapi cahaya bibir dan lengkungan bibir yang aku butuhkan
siapakah sesuatu itu

lantas siapakah yang menjadi sesuatu, sehingga ketidakmengertian ini menjadi kata yang membasahi bibirmu
Aku takkan mati untuk bertanya di sebuah ladang sunyi, yang akhirnya kutemukan bibirmu yang mengalir sungai-sungai itu
Di dunia ini tak luka bagiku, yang ada kesejukan yang lahir dari bibir lembutmu, sebab luka hanya di buat oleh orang yang mengerti apa arti sebuah kata
Sudah kukatakan bahwa di dunia ini tak pasungan apa-apa, yang ada hanya kebahagiaan dalam kata-kata, itu karena berkat bibirmu
Tidak ada kata terlalu dini untuk memegang apa pun di dunia, apalagi hanya mencari semesta yang tak bertepi ini..
entah dengan siapa aku harus menunggu, kehadiran bibirmu di sini
Seperti sebuah bibir yang saat ini juga tak ada, tapi akankah ketiadaan menjadi ada ketika aku berharap menjadi ada
Ketiadaan memang takkan pernah menyakitiku, tapi kesunyian lebih memberi ruang untuk menghadirkan bibirmu, bukankah seperti itu?
Secerdik panduan kata-kataku dan kelicinan bibirmu
Ini bukan puisi, tapi hanya sebuah jawaban dari tanyamu, bukan puisi, ingat bukan puisi, puisiku tak seperti itu
ntar aku carikan jawaban yang lebih dari bibirmu

Yogyakarta, 19 Juli 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

SADAR, MENYADARI, KESADARAN

Matinya Pertanian di Negara Petani