Kita Baru Lahir Pagi Ini

Siapakah pagi ini yang melihat matahari pertama
Dan bisa melukiskan cahaya seperti darah
Sementara kita baru lahir

Tiap kita pasti bisa
Asal engkau sadar ada huruf di dekatmu
Mengisahkan jejak-jejak para penghuruf seperti saya
Bisa menghamili huruf
Bisa melahirkan huruf
Seperti para perempuan senja
Yang tak bisa hidup tanpa huruf di dadanya

Itulah potongan daun kecil
Yang sedikit menyumbangkan kata
Untuk engkau masak dan kita makan bersama

Begitulah gambaran angin sejuk
Yang terjalin dalam ruang kata-kata
Sebagai pemisah antara negara dan kita
Karena tanpa kita harus berteriak
Kita tetap berjalan sendiri
Tak seorang pun yang melirik
Karena mereka sudah terlalu kaya
Sementara kita tak memiliki apa-apa
Tak punya modal untuk sowan
Sehingga kita malu pada negara
Malu pada Negara. Malu pada Negara

Yogyakarta, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani