Bom

Adakah yang bisa mengisahkan sejerit halus nertapa
Mengusik irisan jiwa yang tak terima kawan kita terluka
Kita pasti merasakan hawa panas tak terkira
Menjelma rasa yang terlukis oleh waktu
Dan kita masih meraba pelan-pelan
Untuk mencari irisan-irisan waktu

Kini waktu terus berkemas keras pecah
Karena tak seiris bawang merah kita temukan sebagai matahari
Sebagai liang kamatian yang tak kita kira, padahal tidak

Kita suguhkan sebuah puisi
Sebagai penyejuk hawa panas itu
Agar keterdamparan bom menjadi lebih bersuasana
Dan kita menunggu kematian mereka di sini

Yogyakarta, 17 Juli 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani