Cermin

Cermin, sekarang siapa yang paling engkau terlihat
Kalau bukan aku sebagai bayangan dirimu

Aku bercermin karena baru pertama aku tahu
Bahwa dirimu bisa melihat tanpa menggunakan mata

Sudah berlama-lama aku menginginkan kebahagiaan ini
Melihat wajahmu dengan menggunakan mataku

Melihat baju baru, untuk digunakan di pesta perkawinan kita
Malam-malam sudah menjadi bayang-bayang

Melihat bayang-bayang yang bermakna
Seperti huruf kitab yang aku baca dalam malam

Mengisahkan sebuah bahasa yang terlupakan waktu
Bahkan waktu pun pada saat itu tak ada
Karena sibuk melihat cermin yang suram di dinding matamu

Sementara aku senang karena sudah waktu
Untuk siap dengan segala bekal
Walau matahari tak sudi menyengok

Karena ada yang lebih penting
Cermin yang lebih cermin
Cermin yang lebih menjadi cermin
Cermin yang lebih seperti cermin
Cermin yang lebih seperti waktu
Cermin yang lebih seperti kata
Cermin yang lebih luka dari luka
Cermin yang bahagi dari kebahagiaan
Cermin yang lebih lapar dari kelaparan
dan cermin yang sesuai dengan cermin

aku tunggu seperti menunggu pengantinmu

Jogja, 26 Juni 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani