Catatan Debat Wapres Tanggal 23 Juni 2009: Membangung Jati Diri Bangsa

Oleh: Matroni el-Moezany*

Wakil presiden dari Megawati, Prabowo adalah kandidat yang dalam slogannya memperjuangkan rakyat kecil. Seperti Prabowo kata pada debat tanggal 23 Juni 2009 bahwa Penghasilan rakyat Indonesia di bawah 20,000,- rupiah perhari, inilah realitas masyarakat Indonesia yang diperjuangkan. Ekonomi rakyat sebagai basis perjuangannya bersama wapres Megawati.
Bodeiono lahir di Jawa Timur, Blitar adalah sosok yang lembut dan kalau berakata terlalu akademik, mungkin cocok kepada mahasiswa-mahasiswa. Dalam debat kemaren dia memulai dari perkataan Bung hatta bahwa korupsi sudah menjadi budaya, bertahun-tahun Negara menjadi indek terbawa dari semua Negara. Dia menawarkan empat tujuan dalam menjalankan kebijakan pemerintahan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih harus di bangun pertama Pancasila, kedua UUD 45, ketiga NKRI, dan ke empat Binnneka tunggal ika. Membangun bangsa tidak dengan depresi, kekerasan, tapi dengan meninkatkan perdamaian. Budiono juga menawarkan empat agar bangsa kita ini menjadi makmur pertama Kebudayaan nasional, yang meliputi pertama mempertahankan aset yang sangat beragam bahasa Indonesia, kedua aset kebudayaan daerah. Kedua Politik nasional dalam hal ini bagaimana memperkuat demokrasi. Ketiga Ekonomi nasional yang meliputi pembangunan, meningkatkan kualitas pemimpin bangsa, program pemerataan dan mafia peradilan. Keempat Hukum nasional yang merupakan kunci dalam membangun jadi bangsa adalah pemerintah yang bersih, jujur, adil dan sejantera.
Wiranto kelahiran di Jawa Tengah Solo pada tahun 1947 dia membuka dengan jawab lagu Indonesia raya Bangunlah jiwanya Bangunlah badanya untuk Indonesia raya. Bagi Wiranto kata-kata dan liriknya yang sangat dalam. Memiliki karakter bangsa, Wiranto menganggap bahwa Indonesia tidak tahu dirinya siapa, sehinga untuk mencapai keungggulan yang komparatif yang sangat potensial. Pancasila harus ditranformasikan terhadap masyarakat bangsa Indonsia.
Dalam bidang politik, politik tidak mampu membangun jadi diri bangsa, seperti ambalat. Politik Indonesia semakin hari semakin tersinggir dan tersunggkur. Jadi menurut Wiranto kita harus memiliki kehendak untuk berubah dan mengukuhkan kembali, maka diperlukan pemimpin yang kuat, dan program yang kuat, adil, berdaya saing, bermatabat, yang erat dengan jati diri bangsa. Artinya Wiranto ingin memperjuangkan ibu pertiwi seperti dalam slogannyua lebih cepat bertindak, jangan biarkan ibu pertiwi nangis lagi.

Catatan Dalam Debat
Moderator bertanya Pancasila sebagai ideology. Apakah yang menyatukan karena kesamaan KTP, agama, pancaila, prestasi pemimpin, atau jangan-jangan karena kerumanan, sebenarnya mereka sangat rapuh terhadap bangsa. Lankah politik apa yang menjadi jati diri bangsa?
Bodiono menjawab Pancasila sebagai konsensus dalam menyongsong negera, pancasila memikat dalam bentuk rasa keadilan, sama mendapat keadilan, sama untuk ikut maju. Sehingga tercapailah tujuan untuk menyejahterakan rakyat.
Wiranto menjawab sebelum pancasila ada pengikat, adalah sumpah pemudah. Sebagai imbrio untuk Indonesia merdeka. Pancasila bagi Wiranto baru memberikan kebutuhan dasar yang belum tercukupi dengan baik.
Prabowo menjawa itu terjadi karena konflik yang terjadi karena sistem, kebutuhan dasar manusia. Prustasi, radikalisme, konflik-konflik tersebut. Setiap kemiskinan, kita harus memberi dan memenuhi kebutuhan dasar kepada rakyatnya. Misalnya Ambon, Papua, Kaltim. Pancasila mengalami kegagalan, dalam menuntaskan kemiskinan, ketidakadilan, nilai-nilai pancsila, gagal hanya berhenti pada kertas.
Wiranto menjawab untuk melihat pancasila yaitu dengan Doa, top down, kebijakan yang langsung masik ke berbagai wilayah. mengamalkan pancasila tidak hanya hafal tapi harus realistis dan menyusun lingkungan pancasila.
Prabowo mengatakan bahwa Negara kita dalam keadaan kegagalan sistemik, kalau Indoesia masih seperti ini masih mengalami kegagalan. Segera menyelesaikan kesalahan sistemik. Ekonomi kapitalis yang menjadi salah penyebab kesenjangan. Pdahal di barat sudah menyadari dampak ekonomi kapitalis sangat merugikan bangsanya.
Bodiono menjawab kita harus meningkatkan kegiatan ekonomi, caranya adalah kebijakan Negara, langkah dari masyarakat sendiri. Pemerataan, semua hasil ekonomi harus merata.
Pertanyaan ke tiga adalah kecelakaan, laut, darat, udara dalam 10 terakhir ini terjadi kecelakaan. Pesawat tertinggi di asea, bangsa atau pemimpin selama ini siapa yang bertanggungjawan, apakah rakyat, sebagai komsumen, pihak pemerintah yang tidak peduli.
Prabowo menjawabnya bahwa karena kegagalan sestemik, karena terjadi degradasi, kurangnya pemeliharaan, karena tidak punyak uang, sumber daya manusia berkurang. Sistem kita harus kita seleksi, dan uang untuk memperbaiki harus ada.
Bodiono menjawab bahwa dunia ini kompleks, tidak bisa ada satu kambing hitam. Dia melihat ada Integrasi, ada pengawasan yang tidak jalan, melihat ini secara diintegrasi. infrasruktur yang diperbaikai, sistem pengawasan yang baik. Rakyat harus diberikan pengawasan.
Wiranto menjawab Musibah, kecelakan 1, 2 dan 3 tidak diperdulikan. Moral dan teknis, tanggungjawab konstitusional, tanggungjawab teknis, tanggungjawab moral dan gerakan disiplin nasional harus di jalankan.
Pertanyaan ke empat adalah hubunngan agama dan Negara, agama tanpa politik akan lemah, agama ketika masuk di politik menjadi suram, apakah agama di atas Negara, atau Negara di atas Negara. Bagaimana posisi agama dan Negara?
Bodiono menjawab Agama adalah mulia, jadi agama harus atas politik praktis, negara bertanggungjawab memberi ruang seluas-luasnya dan melindungi agama, oleh sebab itu UU harus memberikan jaminan dan kebebasa untuk memilih agama masing-masing, nilai agama harus diaplikasikan, tapi dunia nyata banyak perbedaan.
Wiranto. Masalah agama beda dengan politik, agama di formalkan akan menjadi rancu, ada politik yang santun, politk tujuannya adalah menyejahtrakan. Substansi agama di serap dalam dunia agama, marilah kita berpolitk dengan substansi agama.
Prabowo. Agama di atas ranah politk, Negara menjamin setiap agamanya masing, kebebsana agama, Negara sebagai pelindung. Sebab agama sangat sakral.
Pertanyaan ke lima adalah Spirit keindonesiaaan dikaitkan dengan sistem desentralisasi, sehingga menimbulkban semangat daerahisme dibawah desentralisasi pendidikan dan kanwil-kanwil daerah?
Wiranto, tidak bisa dihindari tapi bisa disiasati. Kebijakan of beuty dan tour of area, dan kawin antar suku sehinggga bukan suku jawa, atau lain-lain, tetapi bisa berbaur dengan rakyat-rakyat.
Prabowo, tidak terlalu khawatir, yang terpenting kita bisa memenuhi kebtuhan dasar rakyat.
Budiono, optimis, tidak akan terintegrasi karena kuatnya rajut yang intergasinya. Cukup optimis, pemerintah ke depan bisa menghubungkan infrastruktur yang baik, maka informasi akan semakin cepat, dan warga dari berbagai daerah sangat bersatu.
Pertanyaan, kaitan bangsa dengan pendidikan. Indonesia kaya dengan budaya lokal, ketika semua setres. Bagaimana ketika sekarang kebudayaan dan pendidikan dipisahkan.
Prabowo, pendidikan adalah kunci, tetapi yang lebih penting adalah perbaikan di bidang ekonomi.

Respon
Budiono, pentingnya pendidikan tergantung pada substansinya, isi, yaitu meliputi sistem pendidikan yang meliputi, kebijakan pemerintah,
Wiranto, UUD Dasar jelas, mengantisipasi untuk mencerdaskan kehidupan, sehingga pendidikan harus menghasillkan mahasiswa yang cerdas. Di sini, tidak ada kontinyuitas pada menteri ketika ganti pejabat. Hal tersebut harus dilanjutkan.
Tanggapan dari prabowo, pendidikan tidak bisa terlepaskan dari kemiskinan. Miskin, tidak ada gizi.

Statement
Prabowo, pilihan yang ada di depan yang merupakan pilihan untuk perubahan, melanjutkan kondidsi ini, atau merfleksi, sistem ini harus dirubah.
Budiono, rakyat ingin berbangga sebagai bangsa Indonesia untuk memilih pemimpin yang amanah dan bersih.
Wiranto: segera meyelesaikan masalah, 0,36%. Kesenjangan antara miskin dan kaya. Maka akan lebih cepat lebih baik untuk menyesejahterakan rakyat.
Sebenarnya kalau kita melihat dari jawaban, respon, dan statement cawapres ini semuanya sangat bagus, seakan-akan seandainya itu semua terealisasikan dengan jujur maka Indonesia tidak seperti ini. Tapi masalahnya itu semua hanya kata-kata yang berhenti di ranah wacana dan kertas saja, jadi tidak heran kalau Indonesia masih seperti ini tidak karuan, amburadul mulai dari birokratnya sampai para pemimpinya.


*Penulis adalah orang Kreatif menulis catatan debat kandidat presiden dan kandidat wakil presiden. Tinggal di Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Celurit, Simbol Filsafat Madura

Matinya Pertanian di Negara Petani