Aku Baru Mengerti
Aku baru mengerti sikap wajahmu pada semesta
Ketika diri ini tak memiliki rasa kemewaktuan
Pada batu yang keras, tapi dia berkata seperti matahari
Mengingat kenyerian hari-hari yang jauh
Ternyata buku suram terbuka dengan sendirinya
Tanpa aku harus memaksa merobek dari bibirnya
Senyerian bukanlah apa-apa, tapi
Kedirian yang terbuat ibu menjadi sakit,
Karena buku-buku suram terbuka rapi pada malam
Entah bagaimana aku membersihkan lagi hingga putih tanpa tinta
Padahal keterjatuhan waktu sudah menjadi sejarah
Pagi yang cerah setelah semalaman aku membaca buku-buku itu
Ternyata aku tak bisa menguraikan kecuali hanya nyeri yang ada
Aku gantikan sebagai kata ganti yang tak sempurna
Agar kenyerian waktu yang terlupakan “Tertulis dalam jiwa”
Yogyakarta, 22 Juni 2009
Ketika diri ini tak memiliki rasa kemewaktuan
Pada batu yang keras, tapi dia berkata seperti matahari
Mengingat kenyerian hari-hari yang jauh
Ternyata buku suram terbuka dengan sendirinya
Tanpa aku harus memaksa merobek dari bibirnya
Senyerian bukanlah apa-apa, tapi
Kedirian yang terbuat ibu menjadi sakit,
Karena buku-buku suram terbuka rapi pada malam
Entah bagaimana aku membersihkan lagi hingga putih tanpa tinta
Padahal keterjatuhan waktu sudah menjadi sejarah
Pagi yang cerah setelah semalaman aku membaca buku-buku itu
Ternyata aku tak bisa menguraikan kecuali hanya nyeri yang ada
Aku gantikan sebagai kata ganti yang tak sempurna
Agar kenyerian waktu yang terlupakan “Tertulis dalam jiwa”
Yogyakarta, 22 Juni 2009
Komentar