Dimana Keadilan Sosial Di Indonesia Sekarang

Oleh: Matroani el-Moezany*

Berbicara keadilan memang sangat sulit, baik dalam pendefinisian maupun mengaplikasiannya. Di Indonesia pada saat ini 2008-2009 keadilan bisa dikata sudah mati, ini terlihat ketika ada aparat pemerintahan di tahan atau dipenjara, penjaranya lain dengan rakya biasa. Kejadian ini banyak terjadi mulai dari kalangan artis apalagi para koruptor. Sebagai contoh rakyat menuri ayam, TNI di tabrak bus Sumber Kencono pada hari Jum’at sebetulan saya adalah korban dari kemarahan TNI, semua TNI marah terhadap bus Sumber Kencono, semestinya kalau berbicara keadilan yang menabrak saja yang menjadi objek TNI bukan malah semuanya, di rumah sakit juga ada yang enak dan tidak enak, mungkin yang tidak enak buat rakyat yang kurang mampu, pada waktu aku melihar yang sakit itu ada ruangan sederhana (buat orang tak mampu) si sakit itu kesakitan memanggil dokter, dan katanya dokternya tidak ada, di panggilkan dokter yang lain ternyata alatnya rusak, sampai si sakit ini mati tidak ada pelayanan yang baik dari dokter, memang ketika orang miskin sakit tidak banyak dokter yang memberi pelayanan baik. Pencuri ayam di sana dihakimi dan dihukum berat, tapi mencuri uang rakyat yang jumlahnya tidak setara dengan ayam malah di enak-enakkan, kalau sudah demikian hokum Indonesia. Dimana keadilan sosial di Indonesia sekarang?
Inilah realitas bangsa kita saat ini. Pemerintah seenaknya saja membongkar tempat-tempat rakyat. Saya sebagai pemerhati tidak layak pemerintah berbuat seperti itu. Pendidikan digratiskan, tapi saya yakin yang namanya institusi tidak akan rela bekerja tanpa ada upah, ini masih di ranah sekolah. Di perguruan tinggi juga seperti itu, katanya murah, tapi rektornya menyeleweng dengan adanya berbagai persyaratan yang dibebenkan kepada mahasiswa. Jadi kapan Indonesia menjadi cerdas, kalau pun grtisnya hanya sampai Sembilan tahun?.
Memang sangat ironis ketika memikirkan bangsa Indonesia, tapi bagaimana? Wong bangsa kita seperti kehilangan kendali. Apa perlu ada orang yang menjadi pemimpin presiden yang tugasnya adalah mengatur presiden, tapi selama ini di dunia ini tidak ada. Kalau misalnya di KPK ketua sendiri yang bermasalah apakah harus ada orang menjadi pemimpin dari ketua KPK agar ketika ketua bermasalah langsung pemimpinnya yang mengelola.
Saya menulis seperti ini bukan untuk mengkritisi para penguasa bangsa, tapi saya orang yang bisa berbahasa Indonesia dan sekaligus orang Indonesia asli, sepertinya tidak nyaman ketika mendengar para penguasa selalu bermasalah. Artinya saya tidak tahu apa yang saya katakana dalam tulisan ini, tulisan ini saya anggap tidak ada. Karena tidak mungkin penguasa kita melihat penuh bagaimana keadaan rakyat. Jadi sebagai jembatan untuk mengelurkan perasaan atau sebagai catatan pribadi dan di simpan di saku pribadi saya, bukan untuk para maling-maling bangsa.
Saya sebagai pribadi sudah tak kuat melihat rakyat selalu menderita, mulai dari di haramkannya rokok, sulitnya pupuk, dan masih banyak fenomena rakyat kita yang selalu mengeluh karena ulah negerawan licik dan tak respek terhadap suara rakyat. Saya sudah respek suara rakyat, ya, ketika hanya waktu pemilihan pemimpin, tapi ketika itu semua selesai maka selesailah juga semuanya, yang ada hanya mengurusi dirinya sendiri dan bagaimana hubungan dengan Negara lain juga baik, hanya itu tugas presiden dan penguasa bangsa selama ini, tapi ketika rakyat berteriak kelaparan tak ada satu pun para elit Negara yang merespon terhadapa kata-kata rakyat. Mereka lebih mementingkan berhubungan dengan Negara asing daripada dengan dirinya sendiri. Kalau sudah demikian presiden kita, saya yakin rakyat akan selalu memanggila dalam keterasingasan, karena para penguasa sudah tak lagi mendengar jeritan rakyat jelata.
Dengan melihat kinerja para penguasa kita selama ini, itulah yang membuat kematian keadilan di Indonesia. Jadi sudah tak ada lagi harapan kita selain hanya menunduk dan meminta kepada Negara asing, karena kita sudah kehilangan rasa malu. Apakah mereka sudah gila? Tidak! Mereka masih sadar buktinya mereka masih ingat untuk mencuri uang. Semoga itu tak ada karena saya tak menulis apa-apa. Saya bohong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura