Kampung Mimpi

Sepertinya aku tak bisa
Mengurai detik yang begitu rapat di apit gelombang

Aku terjalan seperti mimpi

Dalam pusaran jalan
Segalanya seperti ditenggelamkan

Malamku biru ada di sini
Jendela membentang angina
Sedang tinta mengelana

Air merangkul rasa yang patah
Mencari cela-cela, mencuri waktu
Kedinginan berjejak pada detik jam

Bersama malam kuwarnai dengan lampu
Tak perlu apa-apa atau serta

Pengok, 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura