Berpuisi Setelah Kematian
Terkadang aku lelah setelah bermain di hutan kata-kata
Tergerai keringat rasa, menjelma dalam bayang-bayang semesta
Aku tak ingin mengigau kedua kali
Terlalu banyak kerinduan bersama angin
Menuai kafan dari bulan pada belum sempat aku sebut kupu-kupu
Di tembok air mata kutangisi, membaca
Waktu dan menit-menit, juga sebaris kata-kata
Yang melengkung, di sana ketemukan
Kami menemukan rasa yang dijarkan ibu padaku
Puisiku meradang, seperti pelangi melingkar
Sementara akar kami tak sampai
Menahan nonjolnya susu yang sederet kata-kata
Seperti air dalam jamban, di mana rasaku
Pernah hilang, aku telah membuang waktu
Karena semua telah basah, di depan pintu
Di wajah indah perempuan cantik-cantik
Mirip mimpi ratu, seperti gelang emas,
Dan di sanalah kami bersambung
Jogjakarta, 2009
Tergerai keringat rasa, menjelma dalam bayang-bayang semesta
Aku tak ingin mengigau kedua kali
Terlalu banyak kerinduan bersama angin
Menuai kafan dari bulan pada belum sempat aku sebut kupu-kupu
Di tembok air mata kutangisi, membaca
Waktu dan menit-menit, juga sebaris kata-kata
Yang melengkung, di sana ketemukan
Kami menemukan rasa yang dijarkan ibu padaku
Puisiku meradang, seperti pelangi melingkar
Sementara akar kami tak sampai
Menahan nonjolnya susu yang sederet kata-kata
Seperti air dalam jamban, di mana rasaku
Pernah hilang, aku telah membuang waktu
Karena semua telah basah, di depan pintu
Di wajah indah perempuan cantik-cantik
Mirip mimpi ratu, seperti gelang emas,
Dan di sanalah kami bersambung
Jogjakarta, 2009
Komentar