Yang Tertinggal dalam Malam

Yang tertinggal dalam malam
kau laksana wakilku
diperjalanan jauh itu
hingga lagu mengingatkanmu
untuk bersanding dengan hati
yang belum kau sapu bersih
dalam jiwa dan kata-kata

Aku pun sadar dalam ngerti
karena aku mengambil dari galau, tapi
kau masih jauh mengharapkan waktu dari aku

Malam itu senin merayu dalam sepi
kau tidur di atas pantat, tapi
hati kau jauh terlempar pada waktu
adakah kau mengerti rasa pada resah
kukira ia lelap, ternyata hati masih
bergembira dengan suatu yang jauh?

Aku tiada api, kau bertanya?
aku adalah raja kata yang lembut
membirkan hati berkelana
untuk menyambungkan lagi
hati yang dulu kau bagi pada malam
akhirnya lagu menjadi satu dalam dirinya

Yogyakarta, 2008

Surat Buat Presiden

bila mata menjadi saksi
dimanakah kau selipkan kata-kata

bila kata-kata menjadi saksi
dimanakah kau selipkan rasa

bila rasa menjadi saksi
dimanakah kau selipkan tingkah

Yogyakarta, 2008
Selamat Berjumpa

Selamat berjumpa
aku ucapkan pada waktu
dan aku bertanya pada matamu
yang tidak ada padaku
adakah kau masih menyimpan rasa?
di balik tanya yang membuat kau jauh
meramba negeri-negeri lain
untuk berselingkuh dengan waktu
aku merelakan kau
karena aku sadar diri untukmu
aku tidak ada apa-apannya
di banding waktu yang jauh

Berselimut kegelapan
aku menjalani semuanya
karena adanya ketidakmengetian
antara kau dan aku
hingga lagu membuat kau jauh berselingkuh
padahal kau masih dalam dekapku

kau memang tidak mempunyai rasa

Yogyakarta, 2008


21 Pagi, Senin

Sisa hujan menyala
di ujung senyum manis
sambil menggoreng rumpun minyak
menghias ruang lagu

Aku tak mengerti
senyum yang kau biarkan padaku
hingga keterdiaman mengenang dalamdalam

Yogyakarta, 2008
Dikejauhan Sana

dikejauhan sana
kuberkelana dalam jahitan airmata
menutupi segala semesta
mengarungi jalanan rasa
habis waktu dalam tepi
hingga kutenggelam ke dasar malam

Yogyakarta, 2008

Di Tepi Senja

di tepi senyum kududuk
merajai kata
sementara resah
melihat jauh yang begitu lepas

Ada yang lewat udara
lewat rasa
lewat muka
Aku terus berdiam meratapi kelepasan
menghiasi ketertinggalan

Aku tak mengerti
apakah karena dosa atau cahaya tuhan
hingga tak diinginkan pergi dalam lepas

Aku Tak Mengerti, mungkinkah?

Yogyakarta, 2008

Diam

Berminggu kuberdiam
Dengan pisau di jiwa
Dengan kata dicakrawala
Dengan senyum di mata
Dengan rumpun bahasa
Menyelam mencari dasar arti
Yang mungkin lekat pada batu-batu

Yogyakarta, 2008
Kuingin Lepas dari Kata
buat R.D

aku ingin lepas
dari katamu yang menjijikkan itu
hingga kau tak berkata pada siapa pun
kecuali pada diri yang satu

Terimah kasih kau tahu tentang malam
yang aku resahkan selama ini

Selama kau terselip dalam kenihil-an
kau hanya diam, andai aku tahu itu
sungguh kumerasa kecewa
bahkan kulepas
buat apa menyimpan kata
yang menjijikkan
untuk kau sampaikan pada cahaya

Kejujuran adalah puisi
keterdiaman sungguh menjijikan
apa kau tak mengerti?

Pastilah kau tak mengerti
dalam matamu yang lembut bagai malam

terimah kasih kau tahu tentang malamku!

Yogyakarta, 2008

Hari Ini

Hari ini
tetap kunanti
tawa sepanjang jejak
di hari yang selalu puisi, tapi
aku tak percaya
kau seorang penyair
yang mengisi ladang kata-kata

Di laut
kusimpan puisi
sebagai kapal jelajah
cakrawala kesunyian

Ketika lama kupendam
dikedalaman matamu
kutarik pelanpelan
pada relung samudera

Ada suara lain
bergemuruh
selain ombak
suara
irama dan
aku yang berdiam dalam laut
Yogyakarta, 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura