Menyusuri Lorong Estetika

Oleh: Matroni el-Moezany

Kemarin bapak menanyakan mahasiswa estetika bahwa setiap kita memiliki rasa estetika tersendiri. Dalam hal ini saya sebagai mahasiswa estetika menyampaikan estetika dari pribadi, kemarin saya bila bahwa saya senang bagaimana melahirkan kata-kata indah. Jadi sekarang ingin menyampaikan bagaimana estetika kata-kata itu lahir dari keindahan yang memiliki roh ketika dilemparkan dilapangan publik.
Pertanyaan kemudian adalah dari mana kata-kata itu lahir, apakah dari dalam diri penulis atau dari realitas? Seperti yang saya alami selama menulis kata-kata itu lahir dari realitas, misalnya saya pergi ke Malioboro melihat orang asongan, orang tua yang masih semangat cari uang. Dari sanalah sebagian kata-kata saya dilahirkan. Artinya dari realitas di internalisasikan dan kemudian di eksplorasikan dengan kata-kata puitis.
Jadi tidak heran kalau banyak para sastrawan lebih memilih kebiasaan berjalan sambil mencari inspirasi. Tentunya dengan renungan yang sangat panjang, sebab imajinasi kita terbatas, sehingga butuh perenungan agak begitu lama. Karena kadang-kadang kata-kata yang ingin dikeluarkan oleh penulis tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si penulis sendiri. Artinya ada ruang-ruang lain dalam diri penulis sehingga dirinya sendiri pun tidak mampu mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya ada dalam dirinya sendiri.
Inilah yang sering kali menjadi kendala dalam menulis terutama menulis puisi. Sehingga kata yang keluar kurang begitu ber-roh artinya ketika di baca ulang seakan-akan kekurangan daya imajinasi liar dalam setiap kata. Misalnya kita melihat orang yang sangat tua di pasar, bagaimana kengerian jiwa yang tak mengerti apa, itu dilahirkan menjadi kata puitis-artistik.
Dengan kendala-kendala seperti itu, kita di tuntut untuk selalu terbiasa mengolah imajinasi dengan berbagai cara. Entah dengan menulis catatan harian, pengalaman sendiri, pengalaman putus cinta atau pengalaman di tolak cewek, terserah, yang penting itu menjadi semangat untuk selalu belajar mengasa imajinasi dalam setiap fenomena yang kita sebagai sebuah ketertarikan untuk kita angkat sebagai inspirasi dalam dunia kepenulisan sehingga estetika di sana akan terlihat jelas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Kegelisahan di Bulan Kemerdekaan

Matinya Pertanian di Negara Petani

Celurit, Simbol Filsafat Madura