Malam Tanpa Cahaya
bila malam hilang tanpa cahaya
pagi seakan muram dalam pandangan matahari
seusai perjalanan yang sudah jauh
aku merasa tenang walau malam siasia menurutmu
tapi, tubuh kita butuh bahasa
untuk berbagi pada semesta
karena sulit bagi kita merasakan kata-kata
yang langsung hadir
karena kita belum bisa merajut
kembali sajak-sajak rasa
Yogyakarta, 2008
Bila
bila puisi terluka
aku tulis di atas darah
agar tersapu oleh kata
tapi bila cahaya tanpa sinar
aku akan melukai tubuh bulan
agar tak ada lagi keterlukaan
bila kau terluka tanpa darah
aku kuberi rahasia
agar terdiam dalam malam
bila berdarah tanpa luka
akan kusuguhkan rasa
agar bahasa tak lagi sengsara
bila menderita tanpa luka
kata-kata akan lahir menemui semesta
karena semuanya sudah ada bersama kita
Pengok, Yogyakarta, 2008
Pertama di Dunia
pada mulanya syair
terlanjur terbuang, maka
aku pergi sebagai orang yang pergi
untuk tak mengulangi
kepatahan sunyi
yang terdampar pada kata
kupilih jalan senja
untuk ratap pelamunan
seperti warna waktu di sebuah malam
akhirnya jalan itu, terluka
walau tanpa darah
sedemikian rapuh kepergian itu?
hingga tak merana seperti rasa
padahal semesta telah kau siasati
untuk tersingkir dari lamunan
jingga mungkin darah
dan merah adalah perjalanan
untuk singgahan kata
karena sebentar lagi musim silaturrahmi
untuk kata-kata suci akan mengalir
seperti darah yang keluar dari tubuh
Yogyakarta, 2008
Sebuah Dunia Kosong
sebuah dunia, kering
sebagai kemarau panjang
tergenang seperti air
seserbak bunga
inilah dunia kosong
dimana orangorang bahagia
dengan dirinya sendiri
tiada lagi engkau
basah dengan engkau
padahal aku tetap berharap
dunia ini selalu basah
basah dengan ludah
basah dengan kata
basah dengan keringat
basah dengan uang kita
aku jadi bodoh
mengingat itu semua
karena mereka sudah tua, mestinya tahu diri
Yogyakarta, 2008
Demi Matahari
demi matahari
aku buka mata
menatapi luka rasa dan duka kata
seusai tidur panjang
di kasur semesta
kulangkahkan kaki
pada nada musik jiwa
yang terjabar pada waktu senja
demi matahari
aku hadapi segala kejahatan
yang belum tuntas di bahas malam
aku lalui bersama luka-luka
yang tanpa darah
kini tinggal tengkorak
yang terlukis di tepi-tepian
Yogyakarta, 2008
Warna Matahari
seperti aku yang sedang lapar
semesta ini juga demikian
gersang..........................?
seakan sudah selesai dari luka
seakan mewarnai segala matahari
Yogyakarta, 2008
Sepenggal Perjalanan
siapakah yang selalu melangkah pada malam
tertatih pilu di tepi keheningan
ada banyak kata tergeletak menangis
ada tepian mati tak berdaya
terpasung pada pisau masa
di ruang lain
adalah seperti air yang terus mengalir
walau tanpa sepi
yang melafadzkan kesunyian
hingga senja mulai beranjak naik
dan matahari mulai bangun dari sadarnya
untukmu sepenggal perjalanan
aku sampaikan
Sumenep, 2008
Aku, Seperti Air Mengalir
ada sisa kata yang belum kuucapkan
pada segenap ruang
tentang puisi gersang
sementara aku tetap mengalir seperti air
pada setiap kali ada retak
hingga tertutup bunga bahasa
pada segala yang selalu ada
semesta membuka buku harian
siap tertabur untuk kita
aku bertanya, tentang batasan waktu
tentang kesunyian
yang sama dalam satu
bagi kita jiwa yang sejuk
adalah taman semesta dan neraka
Sumenep, 2008
pagi seakan muram dalam pandangan matahari
seusai perjalanan yang sudah jauh
aku merasa tenang walau malam siasia menurutmu
tapi, tubuh kita butuh bahasa
untuk berbagi pada semesta
karena sulit bagi kita merasakan kata-kata
yang langsung hadir
karena kita belum bisa merajut
kembali sajak-sajak rasa
Yogyakarta, 2008
Bila
bila puisi terluka
aku tulis di atas darah
agar tersapu oleh kata
tapi bila cahaya tanpa sinar
aku akan melukai tubuh bulan
agar tak ada lagi keterlukaan
bila kau terluka tanpa darah
aku kuberi rahasia
agar terdiam dalam malam
bila berdarah tanpa luka
akan kusuguhkan rasa
agar bahasa tak lagi sengsara
bila menderita tanpa luka
kata-kata akan lahir menemui semesta
karena semuanya sudah ada bersama kita
Pengok, Yogyakarta, 2008
Pertama di Dunia
pada mulanya syair
terlanjur terbuang, maka
aku pergi sebagai orang yang pergi
untuk tak mengulangi
kepatahan sunyi
yang terdampar pada kata
kupilih jalan senja
untuk ratap pelamunan
seperti warna waktu di sebuah malam
akhirnya jalan itu, terluka
walau tanpa darah
sedemikian rapuh kepergian itu?
hingga tak merana seperti rasa
padahal semesta telah kau siasati
untuk tersingkir dari lamunan
jingga mungkin darah
dan merah adalah perjalanan
untuk singgahan kata
karena sebentar lagi musim silaturrahmi
untuk kata-kata suci akan mengalir
seperti darah yang keluar dari tubuh
Yogyakarta, 2008
Sebuah Dunia Kosong
sebuah dunia, kering
sebagai kemarau panjang
tergenang seperti air
seserbak bunga
inilah dunia kosong
dimana orangorang bahagia
dengan dirinya sendiri
tiada lagi engkau
basah dengan engkau
padahal aku tetap berharap
dunia ini selalu basah
basah dengan ludah
basah dengan kata
basah dengan keringat
basah dengan uang kita
aku jadi bodoh
mengingat itu semua
karena mereka sudah tua, mestinya tahu diri
Yogyakarta, 2008
Demi Matahari
demi matahari
aku buka mata
menatapi luka rasa dan duka kata
seusai tidur panjang
di kasur semesta
kulangkahkan kaki
pada nada musik jiwa
yang terjabar pada waktu senja
demi matahari
aku hadapi segala kejahatan
yang belum tuntas di bahas malam
aku lalui bersama luka-luka
yang tanpa darah
kini tinggal tengkorak
yang terlukis di tepi-tepian
Yogyakarta, 2008
Warna Matahari
seperti aku yang sedang lapar
semesta ini juga demikian
gersang..........................?
seakan sudah selesai dari luka
seakan mewarnai segala matahari
Yogyakarta, 2008
Sepenggal Perjalanan
siapakah yang selalu melangkah pada malam
tertatih pilu di tepi keheningan
ada banyak kata tergeletak menangis
ada tepian mati tak berdaya
terpasung pada pisau masa
di ruang lain
adalah seperti air yang terus mengalir
walau tanpa sepi
yang melafadzkan kesunyian
hingga senja mulai beranjak naik
dan matahari mulai bangun dari sadarnya
untukmu sepenggal perjalanan
aku sampaikan
Sumenep, 2008
Aku, Seperti Air Mengalir
ada sisa kata yang belum kuucapkan
pada segenap ruang
tentang puisi gersang
sementara aku tetap mengalir seperti air
pada setiap kali ada retak
hingga tertutup bunga bahasa
pada segala yang selalu ada
semesta membuka buku harian
siap tertabur untuk kita
aku bertanya, tentang batasan waktu
tentang kesunyian
yang sama dalam satu
bagi kita jiwa yang sejuk
adalah taman semesta dan neraka
Sumenep, 2008
Komentar